Mohon tunggu...
Pujangga Berkuda
Pujangga Berkuda Mohon Tunggu... Novelis - Sastra itu candu

Founder KLBI (Komunitas Literasi Bahasa Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dikotomi Sains dan Agama

11 Juli 2020   08:25 Diperbarui: 11 Juli 2020   08:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamu'alaikum wr. wb.

Bismillah Alhamdulillah Wa Sholatu Wa Salamu 'Ala Rasulillah Muhammad Ibni 'Abdillah Wa Aalihi Wa Shohbihi Ajma'iin.

Begitu mendengar kata dikotomi, maka yang terlintas di benak kita adalah pembagian dua hal yang bertentangan, salah satunya sains dan agama.

Sebelum Allah SWT menghadirkan Islam sebagai agama yang hak dan Kitab Al-Quran sebagai penyempurna dari kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi dan rasul terdahulu, manusia purba mengalami tahap-tahap evolusi, baik secara fisik maupun pemikiran.

Sebagai khalifah di muka bumi, tentunya manusia diberi bekal berupa akal dan hati. Akal membuahkan pemikiran yang dapat disimpul menjadi ilmu dan pengetahuan, sedangkan hati membuahkan perasaan sebagai ekspresi atau pernyataan emosional dari keberadaan sebab-akibat.

Pemikiran manusia yang semakin berkembang pada zaman itu dengan sendirinya menimbulkan berbagai kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap sebagai penolong atau kunci kesejahteraan.

Kemudian diutuslah para nabi dan rasul sebagai pembawa pesan ilahi yang mengemban tugas untuk membimbing dan mengarahkan umat manusia ke jalan yang benar. Akan tetapi tidak semua umat manusia dapat menerima keberadaan kepercayaan tersebut, karena terbatasnya akal untuk mengetahui Tuhan yang belum pernah dibuktikan secara empirik.

Seiring berkembangnya peradaban, manusia menjadi lebih pintar dan mengetahui bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan diagungkan, melalui wahyu yang diturunkan kepada nabi dan rasul. Mukjizat berupa kejadian luar biasa yang tidak dapat dicerna akal pun banyak terjadi untuk melemahkan keangkuhan manusia yang tidak mempercayai wahyu dari utusan Allah Ta'ala.

Hal ini mengakibatkan pesatnya penyebaran agama yang berisi ajaran untuk menyembah dan memohon hanya kepada Allah SWT dan tidak akan menyekutukan-Nya dengan apapun.

Namun masih saja ada manusia yang menolak ajakan tersebut, sekali pun mereka menyadari bahwa sesuatu yang mereka pikir menjadi sebab-musabab dari kebahagiaan dan keselamatan hidup mereka bukanlah Tuhan Yang Maha Agung, jikalau mereka bisa membuat dan menghancurkannya seperti berhala-berhala pada masa perjuangan Nabi Ibrahim 'Alaihi Salam dan seterusnya

 Bahkan sampai pada turunnya ayat-ayat Al-Quran dan munculnya Islam sebagai agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun