Mohon tunggu...
Nova Wardani
Nova Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Fisika Semester 4

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Stigma Negatif Siswa terhadap Fisika

28 Februari 2023   13:22 Diperbarui: 28 Februari 2023   13:36 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apakah kalian berpikir bahwa fisika sulit? Sebagian siswa menganggap fisika menjadi momok menakutkan. Trianto (2008) menyebutkan bahwa asumsi siswa yang menganggap fisika itu sulit terbentuk dari kebiasaan siswa yang terfokus pada hapalan rumus tanpa diikuti penguasaan konsep. Hal ini berkenaan dengan penelitian Istyowati dkk (2017) yang dilakukan di beberapa sekolah di kota Malang yang memperoleh bahwa mayoritas peserta didik memilih fisika sebagai suatu mata pelajaran yang sulit untuk ditekuni. Konsep yang dipelajari tergolong abstrak sehingga menjadikan fisika termasuk ilmu yang sukar untuk dipelajari (Druxes, Born, & Siemsen, 1986).

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat ditemui pada jenjang SMA. Dalam kurikulum merdeka belajar, fisika terintegrasi bersama kimia dan biologi dalam mata pelajaran IPA Terpadu yang dipelajari oleh siswa kelas X. Siswa kemudian diberikan kebebasan dalam memilih mata pelajaran yang ingin ditekuni saat jenjang kelas berikutnya dan fisika termasuk salah satunya. Stigma tersebut tidak menutup kemungkinan turut andil dalam mempengaruhi minat siswa terhadap fisika sehingga ditakutkan mata pelajaran ini memiliki peminat yang sepi. Stigma negatif seperti ini harus diperbaiki dan guru sebagai tonggak utama pendidikan memiliki peran yang krusial.

Guru tanpa disadari juga turut andil dalam memengaruhi pandangan siswa terhadap suatu mata pelajaran. Siswa merasa takut apabila guru fisika tersebut cenderung kaku dan serius sehingga berdampak pada kebencian siswa terhadap mata pelajaran fisika (Prihatiningtyas & Sholihah, 2020). Guru dalam hal ini perlu mengubah strategi mengajarnya sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Guru dapat melibatkan siswa untuk turut berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini, siswa dapat berinteraksi, menyelidiki, menyelesaikan masalah, hingga pada tahap pembuatan kesimpulan secara langsung. 

Keterlibatan siswa secara aktif ini dapat diwujudkan melalui kegiatan praktikum di laboratorium sekolah. Pada kegiatan ini, siswa secara berkelompok turut serta aktif mulai dari merumuskan masalah, hipotesis, mengidentifikasi variabel, menyusun langkah kerja, melaksanakan eksperimen, serta menyusun pembahasan dan kesimpulan sehingga diperoleh suatu konsep, rumus, maupun hukum yang berkesesuaian dengan tujuan dari praktikum itu sendiri. Pembelajaran yang seperti ini akan menjadi lebih bermakna bagi siswa sehingga pembelajaran fisika menjadi menyenangkan bagi siswa itu sendiri.

Fenomena alam maupun pengaplikasian dari suatu produk fisika banyak ditemui dalam kehidupan mengingat fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang sangat dekat dengan keseharian. Guru dapat mengaitkan kedua hal tersebut dengan konsep, prinsip, maupun hukum fisika sehingga fisika tidak lagi menjadi sesuatu yang abstrak dalam benak siswa. Hal ini dapat membuat siswa menjadi tertarik lebih jauh untuk mempelajari fisika sebab mereka merasa lebih dekat dengan yang namanya fisika. Sebagai contoh, latto latto sebagai suatu permainan tradisional yang digandrungi oleh berbagai kalangan usia saat ini dapat menjadi salah satu alat peraga dalam menjelaskan konsep momentum. Sebagian siswa tentu sudah mengenal permainan tersebut dan hal itu membuat mereka menjadi cenderung bertanya-tanya.

Teknologi informasi yang bertebaran di era digital ini juga dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai salah satu penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Aplikasi PhET Simulation tentu sudah tidak asing bagi sebagian guru fisika. Aplikasi ini memiliki berbagai manfaat yang cukup signifikan dalam pembentukan pemahaman siswa terhadap fisika. PhET merupakan salah satu aplikasi laboratorium virtual yang dapat diakses secara daring. Dengan menggunakan aplikasi ini, guru dapat dengan mudah mengilustrasikan situasi atau kondisi fisis dari suatu permasalahan. Hal ini membuat fisika yang awalnya dipandang sebagai sesuatu yang abstrak oleh siswa menjadi mudah untuk dibayangkan berkat bantuan aplikasi tersebut. Guru juga dapat dengan mudah menjelaskan keterkaitan antarvariabel dan pengaruhnya sebab melalui aplikasi virtual seperti itu tentu bukanlah suatu hal yang sulit untuk dilakukan.

Game online merupakan salah satu produk dari kemajuan teknologi informasi di era sekarang ini. Game online tidak serta merta hanya sebagai sarana relaksasi bagi sebagian orang yang ingin mencari hiburan. Game online juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar sehingga tercipta suatu suasana pembelajaran yang cukup berbeda dari biasanya dan membuat siswa menjadi cenderung lebih bersemangat dalam belajar. 

Selain itu, dalam bermain game online seorang remaja juga cenderung untuk merasa kecanduan sehingga apabila game ini dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran, tentu hal ini merupakan sesuatu hal yang cukup bagus dalam memperbaiki stigma fisika yang dianggap sebagai suatu pelajaran yang membosankan. 

Salah satu aplikasi game online tersebut bernama "Make it True" yang dapat diunduh secara bebas melalui playstore. Permainan ini mencakup materi mengenai gerbang logika dan terlebih lagi materi ini mungkin bagi sebagian besar siswa cukup sulit apabila hanya sekadar dibaca saja. Aplikasi ini dapat mengasah pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Namun, penggunaan game online ini tentu harus mempersiapkan beberapa hal, seperti jaringan internet dan perangkat yang memadai.

Selain itu, dengan mengemas latihan-latihan soal menjadi sesuatu yang tidak biasa dapat dilakukan dengan bantuan teknologi. Latihan soal dapat dibuat dengan sarana aplikasi seperti quizziz, kahoot ataupun melalui website yang dikembangkan. Tentu hal ini membuat suasana belajar menjadi sedikit lebih menyenangkan bagi sebagian siswa dibandingkan dengan menjawab latihan soal yang hanya tertulis di kertas ataupun buku. 

Kreativitas serta inovasi seorang pendidik diperlukan dalam mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Media pembelajaran dapat berupa media visual, audio, maupun audio-visual. Media ini tentu diperlukan untuk mengilustrasikan sesuatu atau untuk mempermudah peserta didik guna memahami materi yang diajarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun