Mohon tunggu...
Nova Bayu
Nova Bayu Mohon Tunggu... Administrasi - memberi makan jiwa dengan membaca dan menulis

orang teknik yang belajar ekonomi dan menyukai sastra

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Yang Pasti Cerdas di Tengah Ketidakpastian

15 Juni 2020   12:06 Diperbarui: 16 Juni 2020   13:10 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita menengok sebentar ke akhir 2019, bahkan hingga Februari lalu, rasanya sulit membayangkan bahwa sekarang kita berada di situasi yang disebut new normal, dengan segala masalah ekonomi yang kita hadapi.

Saat saya berada di tempat cukur sederhana dua bulan lalu, saya melihat seorang ibu berpakaian rapi dengan tutur kata sopan mendatangi si tukang cukur dan minta uang lima ribu rupiah untuk beli beras. 

Saya dapat merasakan kesulitan sekaligus rasa malu yang tergambar di wajahnya. Beberapa teman yang biasanya mendapatkan penghasilan dari berjualan makanan di event-event sekarang harus kreatif terima orderan catering demi uang makan. Beberapa lainnya yang kerja kantoran mengalami pengurangan gaji bahkan tidak digaji sama sekali. 

Media sosial tiba-tiba makin ramai dengan banyak orang yang mempromosikan dagangan mereka. Kita tahu pasti saat ini banyak orang di sekitar kita yang dalam waktu singkat tiba-tiba mengalami kesulitan ekonomi. Yang kita tidak tahu, kapan pastinya semua ini akan kembali seperti dulu lagi.

Saya termasuk yang beruntung karena hingga saat ini masih bekerja penuh waktu. Saat ini saya masih bisa terus menabung sebagian dari gaji untuk masa depan sekaligus berjaga-jaga.

Bicara soal menabung, kadang ada yang berpendapat semacam ini: "Boro-boro mo nabung, gaji bisa cukup buat sebulan aja dah bagus". Atau mereka yang punya usaha kecil menengah: "Kalo punya gaji bulanan mah enak, lha dagang gini kan tiap bulan ga tentu. Bisa nutup kulakan aja dah bersyukur." Tapi saya juga melihat ada penjual makanan keliling di sekitar rumah saya yang akhirnya bisa naik haji bermodalkan hasil tabungannya selama bertahun-tahun.

Sejak awal bekerja saya sudah membiasakan diri menabung berapapun gaji saya. Caranya justru di saat menerima gaji langsung saya sisihkan sebagian di rekening tabungan saya. 

Rekening ini terpisah dari rekening untuk keperluan harian dan sebisa mungkin tidak diambil. Manfaat dari menabung sudah sering saya rasakan. Saat ada keperluan tak terduga, saya masih bisa membayarnya tanpa mencari pinjaman. 

Saya juga sempat berganti pekerjaan beberapa kali dan merasakan hidup beberapa bulan hanya mengandalkan tabungan. Saat itu saya berusaha tetap menuruskan kebiasaan menabung walaupun yang saya tabung hanya uang koin kembalian belanja. Hasilnya, saya bahkan bisa pergi jalan-jalan dan membiayai pernikahan saya sendiri, walaupun sederhana, dari tabungan.

Menabung juga mengajarkan kita untuk menjadi 'ekonom' yang cerdas berperilaku bagi diri sendiri. Jika kita menabung, biasanya hal ini akan menjadikan kita bersikap hati-hati dalam membelanjakan uang. Baik itu berpikir sebelum membeli barang, ataupun mencari cara membeli barang yang sama dengan harga yang lebih murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun