Mohon tunggu...
Nova Enggar Fajarianto
Nova Enggar Fajarianto Mohon Tunggu... Freelancer - anak muda yang akan terus belajar

Penggiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aturan Lalu Lintas yang Sering Dilupakan

4 November 2019   16:59 Diperbarui: 4 November 2019   18:33 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir setiap hari kita melakukan perjalanan darat. Dari menaiki motor, mobil, ataupun transportasi umum. Di dalam perjalanan kita sering menemukan beberapa fenomena sosial yang mengganggu hati dan pikiran kita. Hati yang gundah dengan kesemerawutan jalanan akibat dari aturan lalu lintas yang sering dilupakan oleh masyarakat.

Membunyikan Klakson di Lampu Merah Pada Saat Kendaraan yang di Depan Belum Jalan.

Kita seharusnya bisa lebih sabar menunggu kendaraan yang di depan jalan. Terlebih jika yang berada di depan kita adalah kendaraan yang menggunakan kopling. Sehingga perlu ada waktu agar otak kita mengirim sinyal ke tangan dan kaki untuk mengubah kopling menjadi gigi 1. Setelah itu baru menancapkan gas perlahan-lahan. Semua perlu waktu sekian detik, sehingga kita tak bisa memaksakan kendaraan yang ada di depan langsung berjalan dengan lancar. Tidak akan semulus itu, kecuali sedang berada di arena balap. Hal yang perlu dilakukan adalah mengajak hati kita untuk bersabar menunggu yang di depan jalan, bukannya justru membunyikan klakson.

Klakson diperlukan apabila kita hendak memberi peringatan ketika orang lain sedang tidak waspada pada saat berkendara. Sedangkan pada saat kita berada di belakang banyak kendaraan, menurut saya belum tepat jika menyalakan klakson berkali-kali. Tidak dipungkiri, kita memang ingin segera jalan. Tapi juga harus ingat bahwa kita sedang berada di belakang kendaraan lain. Secara otomatis kita harus bersabar menunggu kendaraan yang ada di depan jalan duluan. Dengan begitu, saut-sautan klakson tidak akan terjadi dan sopan santun lalu lintas terjalin dengan baik.

Mengendarai Motor Melewati Jalur Busway

Meskipun telah dilakukan penertiban dari pihak yang berwajib, namun fenomena menerobos jalur busway masih saja terjadi. Buktinya, saya masih sangat sering melihat pengguna jalan mengendarai motornya melewati jalur busway. Saya sangat sadar dan mengakui, jika  lewat jalur busway itu lebih sepi dan cepat daripada melalui jalan yang sebenarnya. Namun apakah kita akan seperti itu terus? . Melewati jalan yang tidak sebenarnya merupakan sebuah kesalahan yang kita sadari. Tapi kita lakukan berulang kali. Bahkan para pengendara di luar sana adalah orang-orang yang memiliki SIM dan terbilang cukup matang dari segi umur. Ini membuktikan bahwa ternyata dewasa itu bukan masalah usia, tapi masalah sikap dan mental.

Melewati Trotoar

Trotoar adalah tempatnya para pejalan kaki. Di mana mereka berhak berjalan di atas trotoar. Termasuk bagi kaum difabel, karena di atas trotoar terdapat tanda yang menunjukkan ke mana mereka harus berjalan. Namun, kini trotoar semakin ternodai. Bukan dari para pejalan kaki. Melainkan para pengendara motor yang tak peduli. Kebiasaan yang tidak berubah, terburu-buru ingin menyalip kendaraan di depannya ketika macet melanda. Hal tersebut menjadi budaya yang buruk, budaya yang tak sabaran menanti jalannya roda kendaraan lalu lintas.

Jika macet terjadi, banyak motor yang mengarahkan ke sisi kiri jalan, kemudian naik melewati trotoar. Padahal disitu banyak pejalan kaki yang sedang melakukan lalu lalangnya. Ada yang sedang berjalan menuju kantor, berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain, dan ada pula yang sedang jogging kecil untuk melemaskan otot kakinya. Semua terganggu akibat ulah dari pemotor yang tak tahu malu. Ini bukan lagi masalah fasilitas publik yang belum memadai, namun justru mental masyarakat yang belum siap.

Merokok di Dalam Kendaraan

Tentu dari kita banyak yang menemui hal semacam ini. Merokok dengan santainya sambil sesekali membuang serpihan abu keluar jendela. Kemudian tangan kanan menyandar pada bingkai kaca. Great!. Kebanyakan mereka tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan dari serpihan abu yang tertiup angin. Jika ada kendaraan motor di belakangnya, tentu dapat mengenai mata yang dapat mengakibatkan kebutaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun