[caption id="attachment_105415" align="aligncenter" width="573" caption="Frogfish di Teluk Ambon"][/caption] Frogfish adalah sejenis hewan atau ikan yang ditemukan Ted Pietsch, Rachel Arnold dan David Hall. Tiga instruktur penyelam asal Amerika, itu mempublikasikan penemuannya itu di jurnal ilmiah Copeia, 2008. Dari hasil publikasi itu, Frogfish sangat terkenal di dunia, karena bentuknya yang unik serta perilakunya berbeda dengan jenis ikan lainnya. Frogfish dapat mengganti warna kulit menyerupai lingkungannya, terdiri dari berbagai bentuk.
Frogfish pertama kali ditemukan di Negeri Laha, sebuah desa pesisir perairan dangkal Pulau Ambon. Selain di teluk Ambon, beberapa spot di Bali dan Sulawesi juga memliki frogfish dalam berbagai bentuk dan warna. Tetapi kini ikan unik itu terancam punah. Para penyelam sulit sekali mendapatkannya, karena ekosistemnya mulai rusak oleh pencemaran.
Informasi sulitnya mendapatkan frogfish kami dapatkan dari beberapa penyelam yang berpartisipasi dalam Sail Banda, 2010 kemarin. Kami juga berpartisipasi dalam lomba diving, penanaman mangrove dan pembersihan laut dan pantai teluk Ambon. Dalam perlombaan diving itu, para penyelam mengkhususnya untuk mengangkat beberapa bangkai kapal yang karam di teluk Ambon serta menemukan dan memotret frogfish.
Lingkungan teluk Ambon penuh sampah, adalah salah satu penyebab susahnya mendapatkan frogfish. Apalagi saat musim penghujan, teluk Ambon tercemar oleh berbagai benda berbahaya buangan dari muara-muara sungai. Kondisi ini telah mengancam kehidupan frogfish dan berbagai jenis ikan serta organisme lainnya. Selain sampah rumah tangga yang terurai dalam waktu lama, limbah berbagai industri kecil di bantaran sungai, serta sedimen tanah yang terseret hujan menuju sungai, kemudian sedimen itu terbawa arus sungai ke laut dapat mengakibatkan pendangkalan. Pendangkalan di muara sungai dipastikan dapat menutupi terumbu karang sehingga membunuh biota laut, termasuk frogfish.
Yang paling berbahaya adalah sampah berbahan plastik dan bahan kimia, karena jenis sampah ini bisa mematikan. Selain dapat membunuh terumbu karang dan koral, sampah plastik dan benda padat kimia juga dapat membunuh mangrove yang baru ditanam. Bila mangrove saja bisa mati, apalagi habitat frogfish. Ikan unik itu dipastikan terancam dan bahkan spesies yang telah diakui dunia hanya berada di Indonesia itu akan punah.
Bila kondisi ini tidak diantisipasi, lingkungan tidak direhabilitasi dan habitat frogfish di telukAmbon tidak diperbaiki, terutama terumbu karang yang banyak tertutup sedimen tanah, maka dipastikan frogfish akan hilang selamanya. Harus ada kampanye besar untuk menyelamatkan frogfish, bila kita tidak ingin hewan langka itu punah.
Penghijauan di bantaran sungai serta penanaman hutan di sekitar sumber air sudah saatnya kontinyu dilakukan. Disamping itu, survey untuk mendapatkan spot frogfish yang masih selamat dari pendangkalan dan pencemaran juga harus kita ketahui, sehingga melalui pemerintah provinsi maupun Pemerintah Kota Ambon dapat mengambil alih penyelamatan frogfish.
Semua harus peduli terhadap penyelamatan frogfish dari kepunahan, mulai dari pemerintah pusat, kolaborasi Departemen Pariwisata, Departemen Lingkungan Hidup , Departemen Kelautan dan Perikanan hingga pemerintah daerah. Terutama masyarakat Kota Ambon yang memproduksi sampah, kesadaran dan mengetahui betapa berharganya frogfish sangat penting artinya. Semoga frogfish dapat kita selamatkan, sekaligus menyelamatkan lingkungan kita.