Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Sedang Dilahirkan Kembali, Apa Iya?

26 Juli 2021   20:08 Diperbarui: 26 Juli 2021   20:31 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Content is king. Masihkah kita percaya dengan konsep itu?

Atau ingatkan kita dengan contoh klasik bagi mahasiswa yang ingin jadi jurnalis: "orang menggigit anjing" baru itu dinamakan berita atau news.

Sadar atau tidak konsep-konsep itu mulai luntur di tengah maraknya era informasi seperti sekarang ini.

Orang atau pembaca tidak butuh lagi content is king atau anjing menggigit orang baru namanya berita. Kini orang lebih suka bercerita tentang dirinya. Persetan dengan breaking news atau apapun yang berbau berita. Orang sekarang asik dengan dunia kesehariannya. Mereka gembira dengan smartphone yang bisa mengabadikan sepak-terjangnya.

Apalagi kaum milenial yang sepertinya hidup ini kiamat jika jauh dari gadget. Saya pernah diundang makan seorang teman di sebuah Korean Food. Mereka memesan makanan kesukaan dan ketika makanan itu tiba, mereka tidak langsung menyantapnya tetapi mengeluarkan smartphone dan setelah itu jeprat-jepret mengabadikan makanan kesukaan itu.

Dan lalu, mereka meng-upload itu semua ke dalam media sosial yang mereka punyai. Ya bisa via twitter, facebook atau instagram. Lalu mereka share itu ke teman-teman milineal lainnya.

Saya terkesima dengan perilaku demikian. Aneh tetapi itulah yang terjadi. Kemajuan teknologi komunikasi telah mengubah segalanya. Manusia sibuk dengan aktivitasnya dan mereka ingin eksis. Itu bisa dilakukan melalui media sosial.

Kecepatan mendapatkan berita telah bergeser kecepatan gaya atau keseharian manusia melalui media sosial. Maka yang terjadi kemudian manusia berlomba untuk tampil utuh di media sosial; sesuatu yang tak mungkin muncul di media arus utama. Di media arus utama ada apa yang dinamakan ideologi media lalu ada framing: bagaimana media membingkai suatu peristiwa atau kejadian sesuai dengan ideologi media yang bersangkutan. Belum lagi ada fungsi gate keeper di tangan para editor yang menjadi penjaga gawang terakhir sebuah berita turun.

Hal itu beda dengan media sosial. Anda lihat atau Anda alami maka dalam hitungan detik bahkan menit: apa yang Anda lihat atau alami itu sudah meluncur deras di media sosial. Kecepatan media sosial akhirnya mengalahkan kecepatan berita apapun namanya itu. Real time media arus utama lagi-lagi keok!

Lantas di mana media arus utama bermain? Di mana media arus utama bisa berkibar tanpa kehilangan rohnya?

Ada teman yang mengusulkan media arus utama menyajikan investigasi reporting atau indepth reporting atau dengan penyajian story telling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun