Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Air Mata Anak Jalanan di Tengah Pandemi

25 Juli 2021   07:54 Diperbarui: 25 Juli 2021   08:48 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Anak Nasional (HAN) telah berlalu 23 Juli 2021 namun setiap moment itu lamunan saya kembali kepada sebuah foto yang saya abadikan di belakang pintu keluar Depok Town Squre (Detos) beberapa tahun silam ketika apartemen belum berdiri di samping Stasiun Pondok Cina.

Ya sebuah foto yang sempat menjadi viral di media sosial menurut seorang mantan mahasiswa saya di Kampus Tercinta IISIP Jakarta yang kebetulan sekarang dia menjadi jurnalis di Kompas.com.

Setiap saya melihat foto itu, mulut saya terkunci rapat. Foto itu kini saya bingkai di ruang kerja saya yang tidak seberapa luas dan tambah sumpek dengan buku-buku di mana-mana. Gambar itu saya abadikan dengan smartphone tua.

Foto seorang bocah penjual tisu yang sedang tertidur pulas di belakang pintu keluar Detos menuju Stasiun Pondok Cina saya ambil ketika malam mulai menyapa. Saat jam mulai melewati pukul 21.00 malam.

Bagi saya, bocah penjual tisu ini pantas terlelap dibalut angin malam. Perjuangan hidupnya dari pagi, mungkin telah menguras tenaganya. Kakinya sudah lunglai dan akhirnya mimpi menjemputnya. 

Badan anak tangga menjadi alas bagi tubuhnya untuk dibaringkan sesaat. Kedua tangannya menjadi selimut sederhana menjaga cubitan nyamuk-nyamuk kecil serta dinginnya angin malam yang merobek kulitnya. Tas kecil berisi rupiah demi rupiah menjadi sandaran bagi kepalanya. Rasa kantuk itu menjadi raja sesaat: melupakan perut yang mulai menggelar senandung lapar. Haus dahaga pun lenyap sesaat.

Saya selalu patah hati melihat foto yang saya ambil ini. Konon patah hati memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia. Patah hati melanda siapapun.

Lantas bagaimana nasi banak jalanan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini? Di mana jargon "Kota Ramah Anak" yang kerap digembar-gemborkan pengelola kota di negeri ini?

Rentan Kehilangan Orang Tua

Bagi Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Retno Listyarti, pandemi Covid-19 telah munculkan sebagai krisis tak hanya di bidang kesehatan, namun juga atas hak anak perihal pengasuhan.

Katanya, pandemi Covid-19 ini tidak hanya dilihat dari sisi angka-angka statistik saja, namun sisi manusiawi lain yang juga harus dapat perhatian yaitu dampak langsung pada yang sakit dan keluarga, khususnya anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun