Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Prokasih di Ibu Kota Tinggal Kenangan

27 Desember 2017   08:11 Diperbarui: 27 Desember 2017   21:30 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Presiden Soeharto bersama Gubernur DKI Jakarta periode 1987 - 1992, Wiyogo Atmodarminto atau Bang Wi. DOKUMENTASI KOMPAS

Entah apa yang bakal dilakukan Bang Wi, sapaan akrab Gubernur Jakarta Wiyogo Atmodarminto (1987-1992) seandainya masih hidup. Dia pasti geram luar biasa.

Program Kali Bersih (Prokasih) yang dicanangkannya ternyata hingga kini belum berjalan mulus. Buktinya, di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung yang membela Ibu Kota Jakarta masih ada warga yang membuang air besar di sana termasuk di daerah persisir pantai.

Semasa Bang Wi, tiada berita tanpa penggusuran WC atau toilet helikopter yang bertengger di DAS Ciliwung. Setiap minggu Bang Wi dengan motor gede (moge)-nya berkeliling dan memerintahkan pembongkaran WC atau toilet helikopter tersebut.

Pembersihan WC atau toilet helikopter itu juga dilakukan di daerah pesisir Jakarta. Salah satunya di permukiman nelayan Cilincing, Jakarta Utara. Namun, penelitian Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Atma Jaya membuat tercengang.

Jakarta yang dipadati dengan gedung jangkung pencakar langit, ternyata warga komunitas nelayan di Cilincing masih membuang air besar di tempat terbuka. Mereka lebih memilih di tempat terbuka seperti sungai atau got. Warga yang memiliki jamban alias toilet hanya sepertiga dari total rumah yang ada.

Sayangnya, Kepala Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Atma Jaya, Clara Ajisukmo, awal Desember 2017 lalu enggan menyebutkan kelurahan lokasi penelitian tersebut dilakukan dan menekankan fenomena tersebut ditemukan di kota megapolitan Jakarta.

Yang pasti, dia masih tidak habis pikir dengan kemajuan yang sudah dicapai Jakarta sebagai Kota Metropolitan ternyata masih ada warganya yang membuang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau got."Sungguh aneh," ujarnya.

Berdasarkan penelitian itu, hanya 37,5 persen atau sebanyak 225 rumah dari sekitar 600 rumah yang memiliki toilet di komunitas nelayan di Cilincing.

Alasan masih adanya rumah yang tidak memiliki toilet antara lain karena terdapat toilet umum di lingkungan komunitas berada dan rumah yang dimiliki kecil dan berdempetan."Selanjutnya membuat toilet mahal jadi saat ada toilet umum ya sudah pakai toilet umum saja," ucap Clara.

Penelitian itu juga menunjukkan warga mengakui melihat kotoran manusia ada di sekitar rumah mereka, padahal anak-anak bermain di sekitar rumah sehingga terancam penyakit cacingan, diare serta infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Tidak hanya di kawasan Cilincing, buang air besar di tempat terbuka juga ditemukan di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur serta Penjaringan, Jakarta Utara."Jatinegara itu komunitas di tengah kota dan daerah kumuh jadi tetap ada BAB di tempat terbuka. Yang tinggal di sana ada pedagang dan pemulung. Rumah rapat faktor penyebabnya," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun