Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Penggusuran ala Gubernur Raffles

9 Desember 2017   17:33 Diperbarui: 9 Desember 2017   17:51 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gusur-menggusur menjadi momok bagi warga yang tinggal di permukiman perkotaan termasuk Jakarta. Masuk akal memang. Demi sebuah kata: pembangunan atau apapun, banyak permukiman yang akhirnya tergusur. Parahnya lagi dan bikin sakit hati jika hasil penggusuran itu berwujud mal atau lokasi bisnis yang aduhai.

Hingga kini, di saat Jakarta dipimpin gubernur dan wakil gubernur baru, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, belum muncul langkah penggusuran. Air mata warga yang tergusur sama sekali belum mengalir deras. Terakhir bahkan, Anies dan Sandi ingin membangun kembali kawasan Perkampungan Aquarium di Utara Jakarta. Angin sorga tengah berhembus ke sana agaknya.

Namun di balik itu ternyata permukiman warga di Ibu Kota Jakarta tidak hanya berlaku di masa gubernur siapapun di kota ini tetapi juga sudah berlangsung ketika Jakarta masih bernama Batavia.

Tidak cuma Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen (JP) Coen yang gemar menggusur tetapi juga pernah dilakoni oleh Gubernur Jenderal Inggris di Kota Batavia, Sir Stamford Raffles (1811-1816). Ketika itu, Raffles yang bernama lengkap Thomas Stamford Raffles itu ingin membuat permukiman elite di Kota Batavia.

Salah satu satu daerah yang diincar adalah lahan yang berada di sekitar Rijswijk(kini Jalan Veteran Jakarta Pusat). Raffles berangan-angan menjadikan kawasan Rijswijk menjadi kawasan elite di Kota Batavia.

Seperti halnya Gubernur Jenderal Daendels yang mengembangkan kawasan Kota Atas (Weltevreden) yang berpusat di wisma peristirahatan gubernur jenderal sebagai titik sentral yang nantinya juga mencakup wilayah Lapangan Banteng (Waterlooplein) dan Lapangan Monas (Koningsplein). Gubernur Jenderal Inggris, Raffles pun mempunyai mimpi serupa.

Raffles mengincar kawasan Rijswijkyang dalam pandangannya dapat dijadikan sebagai sebuah kawasan permukiman elite. Ya kalau sekarang mungkin mirip daerah Pondok Indah di Jakarta Selatan atau daerah Menteng, Jakarta Pusat.

Kawasan Rijswijk akan disulap menjadi bagian kota yang terhormat dan dikhususkan untuk orang-orang Eropa saja. Orang pribumi dilarang memasuki kawasan elite itu.

Tanpa Ganti Rugi

Untuk mewujudkan ambisinya itu, Raffles harus berhadapan dengan puluhan pemilik rumah pribumi dan orang-orang Tionghoa yang sudah lebih dulu menetap dan mendirikan bangunan rumah tinggal di kawasan Rijswijk (kini Jalan Veteran Jakarta Pusat). Penghuni di daerah itu tetap ngotot tidak mau digusur hanya karena ambisi pribadi sang gubernur jenderal. Dengan pelbagai cara termasuk dengan kekerasan, akhirnya Raffles berhasil menguasai rumah-rumah di kawasanRijswijk tanpa keluar sepeser pun uang.

Yang tersisa tinggal duka di hati para pemilik dan penghuni rumah di daerah Rijswijk. Mereka digusur tanpa ganti rugi sama sekali. Hak mereka dirampas. Kondisi itu mirip seperti ketika militer merampas rumah-rumah elite di daerah Menteng, Jakarta Pusat ketika meletus peristiwa G-30-S-PKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun