Mohon tunggu...
M Noris Al Pratama
M Noris Al Pratama Mohon Tunggu... Insinyur - sebuah utas untuk menyampaikan pendapat dengan sangat serius

Sedang mengampu diri di jurusan teknik sipil Politeknik Negeri Malang prodi D-IV Manajemen Rekayasa Konstruksi

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Membaca Seorang Engkus!

9 Januari 2020   00:39 Diperbarui: 9 Januari 2020   00:41 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul                     : Dari Ranjang Ke Ranjang

Penulis                 : Fathul H. Panatapraja

Penerbit              : Monkey Publisher

Cetakan               : Cetakan Pertama, Desember 2019

Tebal                     : 138 Halaman

ISBN                      : 978-623-9058-6-2

Sebuah karya berjudul "Dari Ranjang ke Ranjang" yang ditulis oleh saudara Fathul H. Panatapraja (FHP) ini menarik untuk diulas. Sebab isinya tidak terlalu jauh dari kehidupan sehari-hari, yaitu tentang ranjang. Cerita terbagi dalam tiga bagian. Terdapat jebakan yang rapih disembunyikan oleh penulis. Mungkin karena terlalu asik membaca tentang "seks" kita berpikir alur novelet ini maju.

Padahal, cerita di dalamnya beralurkan maju mundur. Cara penyampaian yang ringan membuat kita akan dibawa berselancar dan enggan untuk berhenti membacanya. Sekali lagi mungkin dekat dengan kehidupan sehari-hari; ranjang.

"Engkus tahu jika itu merupakan perbuatan dosa. Namun setiap dia menjalin hubungan dengan perempuan dia selalu autobirahi.

Dalam mesin otaknya seperti telah otomatis, bahwa setiap hubungan percintaan haruslah berakhir di atas ranjang.

Meskipun dia mahasiswa di perguruan tinggi Islam, ternyata Agama tak cukup mampu menjadi alasan baginya untuk tidak melakukan hubungan badan dengan para pacarnya!

Mungkin Engkus memang terlahir sebagai Lelananging Jagad."

Membaca lakon Engkus, tidak sepenuhnya kita bisa memvonis bersalah. Hanya sebab Engkus mendobrak kesepakatan sosial kita tidak bisa mendiskreditkan Lelananging Jagad ini sebagai manusia yang gagal dalam moral masyarakat. Segala peristiwa bisa diamati memiliki hubungan tetap satu sama lain. Tetapi hubungan tetap itu tidak boleh dinilai sebagai hubungan sebab akibat. Dalam kasus Engkus melakukan hubungan seks, berpacaran dan pacarnya mau, tidak bisa disimpulkan bahwa  Engkus adalah seorang yang hypersex (propter hoc).

Sebab yg bisa diketahui hanyalah Engkus melakukan hubungan seks setelah pacarnya mau (post hoc). Yang bisa diamati hanyalah gejala satu menyusul gejala yang lain. Atau dalam kasus lain, membangun tokoh Engkus ini, penulis menceritakan latar belakang keluarga yang dekat dengan Agama dan dari keluarga yang baik-baik, bukan jaminan Engkus menjadi sosok yang diterima oleh kesepakatan sosial.

Atau juga dalam kasus Engkus yang menjadi pelampiasan kang santri saat mukim di Pesantren Al-Qur'an Cicalengka adalah mematahkan kesepakatan bagaimana Engkus dewasa menjadi pemuas wanita. Artinya jika sebab masalalu Engkus menjadikan ia berpikir bahwa setiap hubungan percintaan harus berakhir di atas ranjang, seharusnya ia adalah seorang penyuka sesama jenis. Sekali lagi tokoh Engkus sangat menarik untuk dibahas dengan tidak mengenyampingkan masalalunya.

Pagi dari Bali saya menulis resensi ini. Saya dikejutkan oleh sebuah berita dari BBC News Indonesia. Seorang WNI sekaligus mahasiswa S3 yang telah memperkosa lebih dari 100 pria muda di Inggris. Ternyata pendidikan tak juga mampu menjadi filter untuk melakukan ketidak sepakatan sosial.

Artinya seseorang bisa berbuat sesuatu yang mendobrak kesepakatan sosial sebab individu tersebut, bukan dari lingkungan. Mungkin lingkungan berpengaruh untuk individu tertentu. Tapi kita juga harus bersepakat bahwa ada orang-orang yang tidak bisa dipengaruhi oleh lingkungan individu tersebut.

Saya curiga dengan latar belakang FHP ini sebagai mahasiswa S1 Humaniora dan S2 Filsafat memiliki misi tersendiri. Saudara FHP ingin menampar atau mengkritik orang yang beragama, untuk terus mencari dan mencari benar beragama dan beragama dengan benar itu seperti apa. Atau bisa juga orientasi ranjang ini hanya sebagai kamuflase topik yang mudah dicerna, padahal pointnya bisa juga pada peristiwa yang lain.

Contohnya seorang Agamawan ketika diberi amanah untuk menjabat masih mau berkorupsi, seorang yang berpendidikan ketika diberi amanah tega mencari untung dan membuat orang buntung dan peristiwa kejahatan yang menurut kesepakatan masyarakat bisa diatasi dengan kesepakatan moral masyarakat bersama. Semoga kecurigaan saya ini salah besar.

Kekurangan dari novelet ini, pada akhir novelet yang menggantung "mungkin" menjadi ketidaksempurnaan dari karya ini. Saya tidak tahu ini merupakan suatu unsur kesengajaan atau memang unsur yang tidak sengaja.

Selamat berkenalan dengan seorang Engkus!

Denpasar, 7 Jan 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun