Mohon tunggu...
Norberth Javario
Norberth Javario Mohon Tunggu... Konsultan - Pengelana Ilmu

Menulis semata demi Menata Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dari Kuburan Jogo Bonito Sampai Si Penembak Burung Harry Kane

11 Desember 2022   18:10 Diperbarui: 11 Desember 2022   21:01 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: NELSON ALMEIDA/AFP/AFP via Getty Imagesion

Tuntas sudah 4 partai perempat final Piala Dunia Qatar 2022, 4 partai yang sungguh menguras emosi siapa saja yang menontonnya. Empat pertandingan super, mendebarkan dan menggambarkan pada level apa mereka berada.

Pada pertandingan pertama, keunggulan Brasil atas Kroasia di menit 105+1 sejenak membawa Brasil terbang ke langit ketujuh. Gol Neymar itu merupakan puncak dari gelombang serangan Brasil sepanjang laga berjalan. Namun tak disangka-sangka, pada sebuah momen di menit ke-117, jenderal lapangan tengah Kroasia Luka Modric bergerak memutar badan sedemikan rupa mengelabui Casemiro dan Pedro lalu memberi umpan pada Nikola Vlastic. Ini situasi yang langka karena tiba-tiba lini tengah Brasil jadi terbuka. Secara taktik, inilah momen yang ditunggu Kroasia untuk merancang serangan balik kilat. Vlastic mengarahkan bola ke Mislav Orsic, yang sejenak membawa bola lalu sejurus kemudian memberi umpan datar horizontal ke kanan, di situ sudah ada Bruno Petkovic yang menaklukkan kiper Allison dengan tendangan kaki kirinya. Satu shots on target dengan satu gol!

Gol penyama kedudukan itu menunjukkan Kroasia bermental petarung yang tak pernah kenal takut kehilangan harapan. Dengan mental baja seperti itu, diminta untuk beradu tendangan penalti pun mereka hadapi dengan gagah berani. Lihat saja, meski tiga algojo penalti saat menghadapi Jepang tak ada dalam list nama algojo kali ini, tak ada satu pun yang gagal dan tanpa ampun, Brasil pun tersingkir.

Bagi fans Brasil, sepak bola sungguh tak adil. Menampilkan permainan menyerang tingkat tinggi nan menghibur pun pada akhirnya tersingkir. Dengan jogo bonito-nya, siapa pun yang mencintai sepak bola pastilah mencintai Brasil. Tangisan sedih Neymar sejatinya merepresentasikan suasana duka segenap warga Brasil. Dunia begitu cepat berputar. Bayangkan, tiga hari sebelumnya, Neymar menghibur Son Heung-min yang tersedu-sedu, tanpa dinyana, kali ini giliran ia yang sementara berlinang air mata didekati anak laki-laki Ivan Perisic untuk dikasih peneguhan.

*** 

Sejam kemudian, digelar perempat final kedua antara dua musuh klasik, Belanda versus Argentina. Di Piala Dunia 2022 ini, Belanda adalah satu-satunya tim yang berani meladeni Argentina dengan permainan terbuka. Memang, siapa pun yang mengenal Belanda tahu dengan pasti bahwa De Oranje tak pernah kenal takut menghadapi tim mana pun. Mereka konsisten dengan sistem menyerang, siapa pun lawannya. Duel melawan Argentina yang juga bertipe menyerang adalah yang ditunggu-tunggu.

Siapa pun yang mencintai sepak bola pastilah mencintai Belanda dan Argentina.

Belanda sangat percaya pada kolektivitas. Mereka tim yang tak pernah menerapkan strategi mematikan lawan secara individu, sekalipun itu bintang besar paling berbahaya. Tak ada pengawalan khusus buat Lionel Messi. Hasilnya, kontribusi gol dan assist Messi membuat pertandingan seolah sudah berakhir buat Belanda. Louis van Gaal tak hilang akal. Meneer Belanda ini memasukkan Wout Weghorst yang pada akhirnya membuat dua gol demi menyamakan kedudukan, satu lewat sundulan memanfaatkan tinggi badannya, satu lagi lewat tendangan kaki kiri yang diawali strategi tendangan bebas brilian. Hanya adu penalti-lah yang membuat Belanda tersingkir. Seperti yang sudah-sudah, para algojo Belanda sering tak percaya diri menghadapi situasi satu lawan dengan kiper lawan.

 *** 

Gol kedua yang dibuat Belanda merupakan gol paling telat sepanjang sejarah Piala Dunia. Gol itu terjadi di menit 130! Di Qatar 2022. Berkat peran ketua wasit FIFA - mantan wasit legendaris asal Itali - Pierluigi Collina, muncul aturan baru untuk injury time. Waktu yang terbuang selama pertandingan seperti pemain cedera, pengecekan VAR, pergantian pemain, dan selebrasi gol diganti sehingga tak ada alasan pemain mengulur-ulur waktu. Kita disuguhi pertandingan aktif yang tak membosankan.

Perubahan berikut yang kita lihat ada pada sorotan kamera saat adu penalti. Pengambilan kamera membentuk sudut 90 derajat dengan gawang alias berhadapan langsung dengan kiper. Situasi diciptakan seolah penonton televisi ikut menjadi penendang, sesuatu yang teramat sulit bagi yang mentalnya tak siap. Dengan kamera seperti itu, benarlah kata pengamat sepak bola, bahwa soal penalti ini bukan semata soal teknik tetapi juga soal mental. Dan kini, pada posisi searah dengan penendang, penonton bisa merasakan situasi mental yang sama dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun