Shuichi Gonda adalah kiper hebat. Sukses menahan 10 dari 45 penalti itu bukan kaleng-kaleng, namun ia diperhadapkan dengan kiper yang memiliki rekor tak kalah mentereng: Dominik Livakovic mempunyai catatan menahan 14 dari 54 penalti.
Jepang tak sanggup keluar dari lingkarannya. Mereka lelah jiwa raga dan sama sekali tak menunjukan tanda layaknya samurai, sesuatu yang identik dengan ksatria. Kombinasi faktor kelelahan ditambah fakta kiper Kroasia adalah pria yang mempunyai insting jempolan membuat segalanya jadi sulit. Kita adalah saksi sejarah yang menyaksikan bagaimana 3 penendang Jepang bergerak penuh ragu sebelum menendang. Minamino, Mitoma, dan Yoshida nampak seperti anak ayam di hadapan sang elang Livakovic. Â Ada satu yang tampil dengan gagah berani namun satu sekiranya tak cukup menolong. Eksekusi sukses dari Takuma Asano menjadi percuma karena di pihak seberang, 3 dari 4 eksekutornya sukses mengelabui Gonda.
Pupus sudah mimpi Jepang melangkah ke babak perempat final. "Saudara" Eropa Jerman dan Spanyol, sukses "membalas dendam" sakit hati sesama negara Benua Biru. Jepang tak punya cukup tenaga melakukan hattrick mengalahkan tiga tim Eropa. Tak seperti sebelumnya, hanya ekspresi sedih tertangkap kamera pada wajah-wajah Jepang. Meski demikian, tampil sebagai juara grup dengan mengangkangi tim sekaliber Jerman dan Spanyol bakal menjadi kisah manis yang tak bosan-bosannya diingat. Jepang menunjukan bahwa perlahan namun pasti, kualitas sepak bola antarnegara makin merata. Jika tak hati-hati, terpelesetnya tim-tim unggulan seperti Jerman akan jadi cerita biasa, kelak.
JAVARIO