Mohon tunggu...
Noralia Purwa Yunita
Noralia Purwa Yunita Mohon Tunggu... Guru - Guru, blogger, penulis pemula

Guru prakarya SMP NEGERI 8 Semarang Guru Kimia bimbingan belajar Ershanggono Penulis pemula Blogger pemula Pengajar TPA bimbingan belajar ENS STAN Pelatih ekstrakurikuler KIR

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Kartun, Kita Bisa Belajar Menjadi Orangtua

1 Juni 2020   08:04 Diperbarui: 1 Juni 2020   08:28 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sore ini, saya sebagai orang tua agak tersentil dengan tontonan yang ada di TV. Dan lagi-lagi itu berasal dari salah satu film kartun kesukaan si kakak. Chibi Maruko Chan judulnya, kartun lama yang diputar kembali di salah satu stasiun TV swasta kita. 

Bagi kita yang lahir di era 90 an mungkin tidak akan asing lagi dengan kartun ini. Kartun yang berkisah tentang kehidupan seorang anak perempuan bernama Maruko dengan segala kesehariannya. Jika anda menontonnya, anda mungkin akan dibawa flashback ke masa kecil anda yang mungkin kurang lebih sama dengan apa yang diceritakan dalam kartun ini.

Namun, episode sore ini ada pembelajaran yang bisa diambil oleh saya sebagai orang tua. Berawal dari Maruko yang sedang melaksanakan tes di sekolahnya, tapi hasil tesnya tidak sesuai dengan yang dia bayangkan. Nilai tes yang buruk membuat Maruko dimarahi habis-habisan oleh ibunya. Karena memang dia tidak berusaha maksimal ketika tes tersebut. 

Maruko yang lelah dimarahi akhirnya bertekad untuk mendapatkan nilai yang lebih bagus pada tes berikutnya. Diapun belajar lebih giat dibantu oleh kakek dan teman sebangkunya, Tamae. Waktu tespun tiba dan hasil tes pun didapat. Nilai 60 ia dapatkan, jauh lebih baik pikirnya dibandingkan sebelumnya yang hanya dapat 45. 

Dengan percaya diri dia menunjukkan nilai itu ke ibunya berharap akan mendapat pujian hasil kerja kerasnya. Tapi, bukan pujian yang dia peroleh, melainkan tanggapan yang sewajarnya. Malahan, ibunya bilang jika nilainya belum terlalu bagus karena hanya mendapat 60. Seketika Maruko pun kecewa karena perlakuan yang dia terima benar-benar diluar ekspektasi nya.

Dari sini kita sebagai orang tua dapat mengambil pelajaran bahwa sekecil apapun kemajuan atau kebaikan yang dilakukan anak, berikan dia pujian. Sebenarnya anak hanya perlu pengakuan. Seperi kisah Maruki tadi, dia hanya perlu pengakuan atas kerja kerasnya untuk meningkatkan nilai. Dan menjadi pelajaran selanjutnya yaitu kebiasaan orang tua yang selalu melihat sesuatu berdasarkan nilai atau hasil akhir. 

Ini seperti apa yang dilakukan ibu Maruko. Nilai 60 dianggap suatu hal yang biasa bahkan masih kurang. Padahal di balik nilai 60 itu ada kerja keras si anak untuk mencapainya. Disini poinnya. Hargai setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak. Apapun hasil akhirnya, pujilah dia. Karena yang kita lihat bukan hasil melainkan proses untuk dia mencapainya. Dengan begitu anak akan merasa dihargai, diakui, dan lebih respect terhadap kita sebagai orang tua.

Kemudian saya bandingkan apa yang saya alami sore ini dengan drama Korea yang sedang saya tonton. Drama yang sekarang sedang trend di kalangan penikmat drama Korea, The world of married. Fokus saya disini bukan dari inti ceritanya yaitu tentang sisi gelap dunia pernikahan, melainkan lebih kepada hubungan emosional antara Joon Young, si anak dengan kedua orang tuanya Dr Ji (ibu) dan Tae Oh (ayah).

Joon Young sebenarnya anak yang cukup periang, hidup dengan materi berkecukupan, namun jika dilihat, kedekatan dia dengan ibunya cenderung kurang. Dr Ji yang seorang dokter dirasa kurang bisa dekat dengan Joon Young secara emosional. 

Memang dr Ji memenuhi segala kebutuhan fisiknya, mulai dari makanan yang sehat, pendidikan yang bagus, materi yang cukup, tapi di sisi lain, kebersamaan dengan Joon Young sangatlah kurang. Kebersamaan ini malah dia dapatkan dari Tae Oh, sang ayah. 

Bersama ayahnya, Joon Young bisa tertawa lepas, berolahraga bersama dan sering menghabiskan waktu untuk kegiatan bersama. Bahkan ketika kedua orang tuanya bercerai karena ayahnya menikah dengan selingkuhannya, Joon Young lebih memilih untuk tinggal dengan si ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun