Mohon tunggu...
Nor Kholis
Nor Kholis Mohon Tunggu... Freelancer - suka

sedang mengetik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diskusi yang Tak Direstui

3 Juni 2020   13:02 Diperbarui: 29 Juli 2020   11:32 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image: jogjaswara.com 

Sekarang yang kami tunggu adalah hasil penyeledikan dari pihak berwenang atas teror yang menimpa panitia diskusi pada salah satu kampus di Yogyakarta beberapa hari kemarin. Pengen tahu aja, siapa sih pelakunya. Sabar brooo. Kita tunggu dan pantau terus gimana hasilnya. Sekalian nunggu kabar, siapa peretas akun Ravio Patra dan Pemred Koran Tempo.

Ada diskusi kok ngak disukai, ngak direstui lagi. Kayak film I Love You, Om saja. Dion si gadis belia yang akhirnya menaruh hati pada sosok lelaki seumuran Ayahnya. Jelas cintanya mendapatkan tantangan dari Ibunya sendiri. Meski film ini sempat menuai kontroversi, tapi ada pesan berharga bagi para orang tua. Tentang cara mendidik anaknya.

Terus apa hubungannya teror diskusi di kampus dengan sebuah film? Sebenarnya ngak begitu berhubungan sih. Tapi bisa dicocok -- cocokan dikit. Kalau kita mau lihat terjadinya teror, khususon pada berbagai kegiatan di mimbar akademik sudah ada banyak. Contoh, pemutaran Film Senyap atau The Look of Silent yang rencananya akan diputar serentak di beberapa kampus pernah juga mendapatkan teror.

Hubungan lainnya apa? Kita tahu kan, kalau dalam sinetron atau film itu punya peran masing - masing. Ada yang jadi pemeran utama, pemeran penganti, pemeran-pemeranan, dan yang paling penting adalah sutradaranya. Nah kira -- kira nih, teror itu punya struktur yang sama engak dengan sebuah film?

Kasus penyiraman air keras terhadap Novel misalnya. Pelakunya sih katanya sudah ketemu. Setelah tiga tahun lebih. Tapi balik lagi ke ilustrasi di atas. Dua pelaku yang ditanggap atau menyerahkan diri itu siapa? Apakah dia aktor utama, aktor cadangan, aktor -- aktoran, atau malah sutradaranya. Hebat betul kalau bisa merangkap semuanya.

Balik lagi ke soal diskusi. Kurikulum pendidikan kita selalu mengajarkan anak didiknya untuk mau berdiskusi lho. Sejak duduk di bangku sekolah dasar sudah disuruh diskusi. Minimal dengan teman sebangkunya. Menyelesaikan sebuah masalah. Tapi bukan untuk contek -- contekan lho ya.

Tujuannya apa? Supaya peserta didik punya sikap kritis. Bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah secara baik. Salah satunya ya lewat diskusi itu. Tapi bukan untuk masalah pribadi ya. Tentunya untuk permasalahan -- permasahalan yang menyangkut kepentingan hajat orang banyak. Lalu kenapa setelah orang mulai bisa bersikap kritis tiba -- tiba dibungkam?

Banyak kok cara -- cara yang dilakukan untuk membungkam sikap kritis. Masih butuh contoh. Mereka ada yang diancam bahkan keluarganya juga ikut ditarik - tarik. Yang lebih prihatin ada yang sampai keblablasan. Melakukan dengan tindakan tak manusiawi. Teror tak henti -- henti bak sandiwara.  Seperti lirik lagunya Nicky Astria.

Jangan mudah panas apalagi beringas dengan kritik. Jadikan sebagai umpan balik. Jangan lagi usik diskusi publik. Apalagi di mimbar akademik. Negara yang bisa menjamin rakyatnya aman dan terlindungi. Karena tugasnya juga masih sama. Sesuai aline keempat pembukaan UUD 1945. Dan kami ingin tahu hasil investigasinya - dari diskusi yang tak direstui.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun