Mohon tunggu...
Nor Kholis
Nor Kholis Mohon Tunggu... Freelancer - suka

sedang mengetik...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pancasila Lagi, Lagi-lagi Pancasila

1 Juni 2020   22:06 Diperbarui: 1 Juni 2020   22:03 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.merdeka.com/

Tapi apakah salah dengan yang memperingatinya? Santai, tidak juga. Apalagi sejak 4 tahun yang lalu Pak Presiden telah menerbitkan (Perpres) No 24 Tahun 2016 yang mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk memperingati tanggal 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Jadi sudah menjadi semacam kewajiban.

Meskipun di tanggal tersebut Pancasila masih belum final. Masih melewati Piagam Jakarta, pada 22 Juni. Baru difinalisasi bersamaan dengan Penetapan Undang -- Undang Dasar, pada 18 Juni 1945. Lalu apakah di tanggal -- tanggal tersebut akan diperingati juga? Apakah antara rentang waktu 29 Mei -- 1 Juni akan dijadikan seremoni juga? Mengingat Soepomo dan Muh Yamin juga turut memaparkan dasar negara dalam sidang BPUPKI waktu itu.  

Sebagai orang awam pasti njlimet dan rumit kalau kita hanya berkutat membahas Pancasila dari sisi sejarahnya saja. Selain banyak tarik ulur pendapat, banyak tokoh punya andil besar disana, tapi tidak begitu termasyhur. Sultan Hamid II, misalnya, sang pembuat lambang Garuda Pancasila. Meminjam istilah Guntara Poetra, kalau ingin memahami sejarah kata kuncinya adalah who is behind, begitu tuturnya. Gampangannya tergantung siapa yang membawakan.

Oke jadi deal ya, dari pada pusing - pusing, kita tidak sedang memperdebatkan sejarah Pancasila beserta lain - lainnya. Sekarang move on. Kita sepakat dulu, membahas tentang kedudukan Pancasila sebagai falsafah atau pandangan hidup bangsa Indonesia.  Kalau yang tidak sepakat? Silahkan kopinya disruput dulu.

Yang sepakat dengan Pancasila pasti juga tahu kalau ada sekelompok orang atau organisasi yang tidak sepakat dengan Pancasila kan? Iya, 2017 lalu Presiden melalui Menkumham telah membubarkan salah satu ormas yang katanya tidak setuju dengan Pancasila.

Baik lanjut dulu, kira -- kira kenapa muncul kelompok yang enggan menerima Pancasila sebagai sebuah idiologi? Asumsi saya karena mereka mengklaim punya idiologi yang lebih hebat dari pada Pancasila. Pertanyaannya apakah Pancasila masih kurang hebat? Lagi -- lagi Pancasila yang jadi kambing hitamnya.

Apa ada yang salah dengan nilai-nilai luhur Pancasila? Padahal nilai-nilai itu diambil dari sejarah perjalanan panjang bangsa ini bahkan sebelum istilah Indonesia sendiri ada. Lalu apanya yang salah? Tanpa berpanjang lebar, yang salah adalah pelaku oknumnya. Bukan Pancasilanya.

Kenapa bisa? Karena biasanya mereka yang suka teriak -- teriak ngaku paling Pancasilais adalah meraka yang sebenarnya paling tidak Pancasilais. Contoh. Mereka sudah disumpah, disumpah lho, sekali lagi, disumpah untuk setia pada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD. Ehh tahu - tahu kok malah pake baju rompi warna orange, duh duh. Pasti obrolan di warung kopi jadi tambah seru.

Kalau sudah seperti ini, para pecinta Pancasila, lihat para elitnya begini, hanya bisa mengelus-elus dada.  Apalagi kalau yang dari awal memang sudah tidak suka dengan Pancasila. Mereka pasti tepuk -- tepuk ria. Dapat bahan yang bisa digoreng. Lagi -- lagi Pancasila kena getahnya.

Jadi begini, balik ke awal, misal orang-orang tadi ditanya; ada penjual asongan, tukang becak, tukang parkir, orang suku dalam, warga kampung,  ditanya soal apa itu Pancasila dan apa fungsinya, yaa mereka binggung ngak bisa menjawab. Tapi kalau anda ingin tahu apa itu Pancasila yang sebenarnya, cukup lihatlah mereka.

Sedikit tambahan. di saat Indonesia dilanda pandemi corona saat ini, sudahkah semua sila Pancasila dihadirkan sebagai problem solver. Kalau masih banyak masalah, perlu intropeksi diri. Apakah benar, Pancasila sudah terinternalisasi dalam kehidupan kita. Pancasila hasil kesepakan politik bersama. Diwariskan demi kemaslahatan manusia. Senada pesan Gusdur, "di atas Politik ada Kemanusiaan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun