Mohon tunggu...
Nor Kholis
Nor Kholis Mohon Tunggu... Freelancer - suka

sedang mengetik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidupnya Kembali Apotek Hidup, Tatanan Baru Era New Normal?

31 Mei 2020   15:48 Diperbarui: 31 Mei 2020   15:46 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://health.grid.id

Empon-empon, salah satu jenis apotek hidup yang keberadaanya kini banyak dicari di tengah pandemi corona. Persis setelah pemerintah dan hasil penelitian akademisi menyatakan empon-empon dipercaya mampu menangkal wabah Covid -19.

Akhirnya orang berbondong-bondong membelinya ke pasar. Saking tingginya permintaan, stok barang menipis, harga pun ikut melambung. Disisi lain sebagian masyarakat tidak sanggup membelinya, mulailah ada keinginan menanam empon-empon di pekarangan rumah, meski hanya kecil-kecilan. 

Ilustrasi tersebut apakah menandakan kearifan lokal budi daya apotek hidup, kini mulai tumbuh kembali dan menjadi norma baru dari tatanan era new normal?

Sebenarnya sudah sejak lama khasiat empon-empon dipercaya mampu menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh. Dulu, di halaman rumah masih sering kita jumpai berbagai jenis empon-empon yang dibudidayakan.  

Sebagian dari kita mungkin masih ingat waktu duduk di bangku sekolah dasar disuruh pak guru / bu guru untuk menanam salah satu jenisnya; jahe, kunyit, kencur atau temulawak untuk di taman sekolah dan di rumah masing-masing. 

Namun sekarang sudah jarang ditemui kearifan seperti itu. Selain faktor sosiologis, tentu masih banyak faktor yang melatarbelakanginya, baik dari sisi ekonomi maupun geografis.

Alasan orang tidak mau lagi repot - repot menanam atau budidaya tanaman apotek hidup bisa jadi disebabkan beberapa pertimbangan rasional. Pertama, dari segi harganya cukup murah dan banyak ditemukan di pasaran, sehingga secara ekonomis akan dianggap kurang bernilai. 

Kedua, sudah banyak produk herbal yang mudah ditemukan dan dijual di warung atau toko terdekat dengan harga yang cukup terjangkau. 

Ketiga, tidak punya waktu dan keahlian khusus untuk melakukan budidaya.

Keempat, ketidaktersedian lahan yang cocok / subur untuk dijadikan lahan budi daya tanaman apotek hidup.

Namun pertimbangan tersebut nampak berbeda saat wabah covid-19 mulai masuk ke Indonesia. Empon-empon diyakini mampu menangkal corona yang didukung dengan berbagai hasil penelitian tidak lagi dipandang sebelah mata. 

Keinginan masyarakat untuk kembali budidaya secara mandiri maupun swadaya mulai tumbuh. Selain dari sisi kesehatan, aspek ekonomi juga menjadi pertimbangan. Faktanya di beberapa daerah bisa kita lihat banyak masyarakat yang mulai membudidayakan apotek hidup di pekarangan rumahnya.

Di Surabaya misalnya, ada salah satu  kampung yang sudah sejak lama melakukan budidaya tanaman empon-empon secara swadaya sampai mendapat julukan kampung wisata taman herbal. 

Menurut salah satu pengelola, sebelum ramai virus corona dalam sehari biasanya hanya ada satu kali kunjungan rombongan dari warga masyarakat yang datang. 

Akan tetapi sejak merebaknya virus corona, dalam sehari kunjungan bisa sampai tiga kali. Para pengunjung datang untuk belajar cara budidaya tanaman empon-empon. Selain itu, warga yang datang juga membeli bibit seharga 5 ribu rupiah.

Hal serupa juga dilakukan oleh sekelompok warga di Probolinggo, mereka gencar menanam empon-empon. Menurut warga alasan menanam untuk dibuat jamu tradisional karena bisa menyehatkan, selain itu karena memang harga di pasar cukup tinggi. 

Selain masyarakat, instansi pemerintah juga gencar melakukan hal yang sama. Himbaun menanam juga diserukan oleh Babinsa di kota Semarang kepada warganya untuk menanam empon-empon. Bahkan, Babinsa di Situbondo juga turut membagikan 40.000 bibit empon - empon secara cuma-cuma kepada warga untuk dibudidayakan.

Dari beberapa fakta di atas, dalam kaca mata sosiologis kearifan budidaya empon-empon yang mulai tumbuh di masyarakat tidak lepas dari pilihan rasional (rasional choice), yaitu sebuah tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan secara sadar.

Faktor ekonomi dan kesehatan sebagai sebuah pertimbangan rasional yang cukup nampak disini. Lalu apakah sebuah kearifan lokal (budidaya empon-empon) tersebut tumbuh dari sebuah pilihan-pilihan rasionalitas? Tentu akan memunculkan pertanyaan susulan lainnya.

Dan apakah peran kuasa (negara/akademisi/media) juga ikut berkontribusi ? Apapun faktornya, hidupnya kearifan budidaya empon-empon akan memiliki banyak manfaat dan semoga tetap menjadi bagian penting dari tatanan baru era new normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun