Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dari 'Kokedama' ke Kurban: Merawat Bumi, Merawat Hati

25 Mei 2025   22:13 Diperbarui: 25 Mei 2025   22:13 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi Open House Komunitas Lindungi Hutan: International Day of Biodiversity (Sumber: Dokumen Pribadi)

Dari Kokedama ke Kurban: Merawat Bumi, Merawat Hati.

22 Mei bukan hari biasa. Dunia memperingatinya sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Internasional. Kali ini di tahun 2025, hal itu diperingati dengan tema: Harmony with Nature and Sustainable Development yang mengajak kembali 'back to nature' bahwa kita tidak bisa terlepas dari alam, meski saat ini segala kemajuan teknologi yang telah dicapai. United Nations https://www.un.org/en/observances/biological-diversity-day) menyebutkan bahwa peringatan ini memberikan makna bagaimana manusia harus menghormati, melindungi, dan memulihkan kekayaan hayati kita.

Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, saya bersama komunitas Gen Z @lindungihutan memilih untuk kembali menyentuh tanah: menanam kokedama. Sebuah bola lumut kecil, yang justru mengingatkan kami pada makna besar tentang kehidupan dan keberlanjutan.


Apa Itu Kokedama dan Mengapa Relevan?
Kokedama sendiri berasal dari tradisi bonsai di Jepang, tetapi lebih sederhana dan alami. Dikenal sejak zaman Edo (1603--1868), namun mulai populer secara global sejak awal abad ke-21 sebagai bagian dari tren taman mini dan desain ramah lingkungan. Mengandung filosofi kesederhanaan, keseimbangan, dan keharmonisan dengan alam, nilai-nilai penting dalam budaya Jepang (wabi-sabi) (https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/, 2020). Kokedama menjadi simbol harapan bahwa setiap manusia bisa menanam dan keindahan bisa tumbuh dari kesederhanaan.

Foto: Menanam Kokedama di 'International Day of Biodiversity' bersama Komunitas Lindungi Hutan, 22 Mei 2025 (Sumber: Dokumen Pribadi)
Foto: Menanam Kokedama di 'International Day of Biodiversity' bersama Komunitas Lindungi Hutan, 22 Mei 2025 (Sumber: Dokumen Pribadi)
Dari Menanam ke 'Sustainability'
Bicara Kokedama, tentu bicara soal 'keberlanjutan lingkungan yang memiliki peran penting dalam keankeragaman hayati'. Desember 2022 lalu, kita semua mulai menyadari kegelisahan yang sama akan keberadaan keanekaragaman hayati kita, bumi kita melalui 23 target untuk dicapai bersama pada tahun 2030 dan 5 tujuan global hingga 2050 dimana paling tidak kehilangan keanekaragaman hayati secara terus menerus atau dengan kata lain dapat di minimalisir hingga 20% ekosistem yang terdegradasi dengan berbagai investasi yang ekstraktif. Kolaborasi menjadi kata kunci, bagaimana kemudian nilai harmoni alam dapat dilakukan melalui satu kata 'sustainability.'

Keberlanjutan adalah gagasan bahwa masyarakat harus berinteraksi dengan lingkungan secara bertanggung jawab agar sumber daya tetap tersedia untuk generasi mendatang, sambil memastikan keadilan sosial dan kemakmuran ekonomi. Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs (Report of the World Commission on Environment and Development: Our Common Future (PBB), 1987). John Elkington (1997) dalam Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business menyatakan: "Sustainability is about ensuring long-term business performance by integrating environmental, social, and economic considerations into decision-making." (Keberlanjutan adalah tentang menjamin kinerja jangka panjang dengan mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi ke dalam pengambilan Keputusan-people, planet, profit). Sustainability berarti melihat jauh ke depan, dari proses, dampak, hingga keputusan yang kita ambil hari ini demi masa depan, berangkat dari situasi lapangan, situasi yang kita hadapi sekarang (current situation) atau justru situasi masa depan (common future) dengan tantangan lingkungan dan pembangunan saling terhubung lintas negara, generasi, dan sektor. (World Commission on Environment and Development (WCED), (Brundtland, 1987).

Sustainability dan Circular Economy: Jalan Menuju Harmoni
Untuk menuju 'sustainability' sebagai tujuan akhir dalam menjaga keseimbangan antara ekonomi, lingkungan, dan sosial demi generasi sekarang dan masa depan diperlukan upaya dan gerakan melalui pendekatan 'circular economy' salah satu solusi praktis untuk mewujudkan keberlanjutan, terutama dalam mengelola sumber daya secara efisien melalui prinsip reduce, reuse, recycle, memperpanjang umur produk, dan mengurangi limbah.

Model Ekonomi Sirkular adalah konsep ekonomi yang diperkenalkan kepada publik sebagai solusi dalam mengelola limbah dan melindungi lingkungan. Ekonomi sirkular dirancang untuk mengoptimalkan siklus material dengan cara meminimalkan, merampingkan, dan memperlambat aliran material. Tujuannya adalah untuk menciptakan dampak positif terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat sebagai langkah menuju keberlanjutan (Ghisellini et al., 2018; Murray et al., 2017).

Konsep ekonomi sirkular dianggap sebagai solusi yang efektif untuk mengatasi tantangan lingkungan saat ini, termasuk kelangkaan sumber daya, degradasi lahan, pengelolaan limbah yang tidak tepat, penggunaan air yang tidak berkelanjutan, serta pemborosan energi (Hondroyiannis et al., 2023).

Penerapan ekonomi sirkular di Indonesia berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistem yang selama ini kurang optimal secara efisien dan efektif (Latif, 2022). Konsep ekonomi sirkular merujuk pada penyatuan aktivitas ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan, khususnya dalam hal pengelolaan limbah (Korhonen et al., 2018; Valavanidis, 2018; Winans et al., 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun