Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membumikan Nilai Kartini, Menerjemahkan Tafsir Emansipasi

21 April 2022   12:30 Diperbarui: 21 April 2022   12:45 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

April, selalu menjadi bulan yang penting dan diperingati setiap tanggal 21 sebagai Hari Kartini. Sejak usia SD, hari ini terasa begitu istimewa dan menjadi rasa penasaran waktu itu, mengapa harus Hari Kartini meskipun banyak pahlawan perempuan seperti Cut Meutia, Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu dan lainnya. Di momen April juga menjadi catatan penting sebelum Hari Kartini datang diperingati. Pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) pada 12 April 2022 lalu. Tentunya ini adalah kado istimewa yang nantinya menjadi kebijakan negara melindungi perempuan dan anak dari segala tindak pidana kekerasan seksual yang masih menghantui negeri ini. Dengan terbitnya UU ini, juga menggambarkan perlakuan kesetaraan dan penghormatan perempuan sebagai warga negara untuk mendapatkanhak perlindungan yang sama.

Kartini, tokoh pahlawan nasional yang selalu diperingati hari sejarahnya di sepanjang tahun di bulan April juga. Ada banyak cara memperingati perjuangan Kartini yang lahir di Jawa Tengah pada 21 April 1879 silam, mulai dari pawai menggunakan kostum budaya Jawa, perlombaan menulis, memasak hingga berbagai keterampilan lainnya yang mendorong perempuan. 

Tak cukup di sana, bahkan peringatannya kini juga mulai melebar diberbagai kalangan dimana perempuan berperan di tempat kerjanya, mulai dari sector perkebunan & pertanian, geothermal, pemerintahan hingga kehutanan. 

Kita lihat misalnya, saat ini banyak perempuan hadir dan duduk memperjuangkan negara, ada Menlu Indonesia Retno Marsudi, ada Menkeu ibu Sri Mulyani, ada Ibu Siti Nurbaya yang juga duduk di sector kehutanan Indonesia sebagai Menteri Kehutanan. Di legislative juga mulai banyak tokoh perempuan dari berbagai partai politik juga hadir menyuarakan berbagai persoalan bangsa.

Kartini, begitu penting sehingga menjadi obor penyemangat melalui lembar demi lembar surat yang dikirimkan kepada sahabatnya Stella Zeehandelaar. 

Dorongan untuk mendapatkan haknya bersekolah membuat Kartini muda mencatatnya dalam sejarah panjang, meski pada akhirnya harus menikah di usia yang sangat muda, 12 tahun dengan seorang Bupati Rembang Bernama K.RM. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang dipilihkan oleh orang tunya. Dalam beberapa lembaran suratnya, Kartini menggarisbawahi dua hal penting;

Pertama, Kartini berbicara soal 'kesetaraan dan pentingnya pendidikan bagi perempuan, karena memahami betul peran perempuan dalam dimensi rumah tangga dan negara.

Kedua, berbicara soal kesalehan pribadi, dimana Kartini merupakan individu yang memperjuangkan etika kebaikan, kesalehan sebagai 'hablum minannas' yang mampu mengantarkan kepada Tuhan, dimana yang dinilai adalah perilaku. 

Dalam perspektif ini Kartini memperjuangkan keadilan bagi dirinya dan perempuan lain untuk mendapatkan rasa keadilan dalam praktik poligami yang dilakukan oleh suaminya. 

Dari sinilah kemudian, lahir berbagai perjuangan sekolah perempuan di pelosok negeri Indonesia, termasuk Sekolah Kartini pada 1913 yang pertamakalinya di Semarang.

"Agama itu maksudnya akan menurunkan rahmat kepada manusia, supaya ada penghubungkan silaturahim segala makhluk Allah. Orang yang berkasih-kasihan dengan amat sangatnya, dengan amat sedihnya bercerai-cerai. Karena berlainan tempat menyeru Tuhan, Tuhan yang itu juga, terdirilah tembok membatas hati yang berkasih-kasihan. Benarkah agama itu restu bagi manusia? Tanyaku kerap kali kepada diriku sendiri dengan bimbang hati. Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu!" tulis Kartini panjang lebar tentang pandangannya tentang agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun