Mohon tunggu...
Nopian Teguh Susyanto
Nopian Teguh Susyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Janji Untuk Sebuah Kehormatan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

HUT ke-86, Bisakah Persib Mengulang Prestasi Tahun 1986?

14 Maret 2019   14:03 Diperbarui: 15 Maret 2019   06:13 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Biru akan s'lalu jadi warnamu 
Bandung akan s'lalu jadi istanamu 
Kesatu akan s'lalu jadi tempatmu 
Meraunglah yang keras maung Bandungku 
Go Persib go... (go Persib go) 
Go Persib go... (go Persib go) 
Menang dan kalah hal yang biasa 
Go Persib go... (go Persib go) 
Go Persib go... (go Persib go) 
No matter what you do you'll always be in my heart"

Hari ini, 14 Maret 2019, Persib berusia 86 tahun, sebuah usia yang menunjukkan begitu panjangnya sejarah dari klub berjuluk Maung Bandung dan Pangeran Biru ini. Lirik dari lagu berjudul "Mars Persib" di atas yang diciptakan dan dipopulerkan oleh band Mocca tersebut menjadi lagu pengiring di perayaan Hari Ulang Tahun Persib ke-86 kali ini, yang ikut diramaikan oleh Bobotoh di media sosial dengan tagar #GOPERSI86O.

Angka 86 merupakan angka yang mempunyai makna yang mendalam bagi Persib dan bobotoh. Sebab pada tahun 1986, Persib kembali berhasil merebut gelar juara Kompetisi Perserikatan Divisi Utama, gelar juara pertama setelah berpuasa kurang lebih 25 tahun lamanya sejak terakhir meraih juara pada tahun 1961.

Gelar tersebut menandai kebangkitan Persib setelah mereka terdegradasi pada tahun 1978 dan baru promosi kembali pada tahun 1983. Sebuah gelar yang mengakhiri kutukan grandfinal, karena dua kali secara beruntun pada kompetisi 1983/1984 dan 1984/1985 Persib kalah menyakitkan oleh klub rival abadi mereka, PSMS Medan.

Bersumber dari buku "Persib Undercover: Kisah-Kisah yang Terlupakan", karya Aqwam Fiazmi Hanifan dan Novan Herfiyana, mari kita sedikit mengenang kompetisi Divisi Utama 1985/1986. Persib dengan duet pelatih Nandar Iskandar-Max Timisela memainkan formasi 4-3-3 di grandfinal, menempatkan Sobur di posisi kiper serta memainkan susunan backfour Suryamin, Adeng Hudaya, Robby Darwis dan Ade Mulyono di lini pertahanan.

Sukowiyono menjadi jangkar diapit oleh Adjat Sudrajat dan Iwan Sunarya di posisi gelandang serang, sedangkan Suhendar menjadi goal-getter ditopang oleh duet flank Djajang Nurjaman dan Dede Rosadi.

Laga yang berlangsung di Stadion Utama Senayan ini dipimpin oleh wasit John Charles, dihadiri oleh lebih dari 100 ribu supporter yang mayoritas adalah supporter Persib. Pertandingan berlangsung dengan seru dan menarik.

Perseman yang dilatih oleh Paul Cumming mempunyai pemain-pemain berpostur tinggi besar dengan permainan keras dan mengandalkan long-ball, menghadapi Persib yang mayoritas pemainnya bertubuh kecil (kecuali Robby Darwis) yang lebih banyak mengandalkan passing-passing pendek cepat. Namun, Persib yang kalah di grandfinal kompetisi 1983/1984 dan 1984/1985 tidak mau kembali mengalami kekalahan dan mengecewakan suporter mereka untuk ketiga kalinya secara beruntun.

Dengan semangat Nista Maja Utama yang disuarakan oleh ketua umum sekaligus Walikota Bandung saat itu, Ateng Wahyudi, Persib berhasil menjadi juara setelah Djadjang Nurjaman mencetak satu-satunya gol pada menit 77. Skor 1-0 bertahan hingga wasit meniup peluit akhir pertandingan, Persib akhirnya menjadi juara.

https://twitter.com/kangope
https://twitter.com/kangope
Lalu apakah semangat tahun 86 tersebut akan tertularkan ke Persib yang hari ini berusia tepat 86 tahun? Sebuah pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh manajemen, pelatih dan pemain Persib sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun