Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Terabaikan

24 Maret 2011   05:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:29 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13009428881779156995

Catatan : Cerpen ini berawal dari serial : Yang Terabaikan yang sudah di publish sebelumnya dari part 1 -3.Telah dibedah dalam suatu kegiatan yang akhirnya disarankan dalam pembuatan cerpen lebih spesifikasi dalam 1 tema. Dan tema itu dikupas habis dalam plot dan alur yang diurai dengan tidak meninggalkan keindahan kesusastraan. Jadilah cerpen lebih terspesifikasi Alur Maju : Awal : Resti berusaha keras menyelesaikan skripsinya. Tengah : Konflik mama papa Resti disaat Resti berjuang menyelesaikan skripsinya untuk meraih gelar cumlaude. Akhir : Resti putus asa dengan kondisi keluarganya yang bercerai dan menyelesaikan masalah dengan mencoba bunuh diri saat apa yang dicitakan tercapai. Tema :  Perjuangan Resti mrnyelesaikan skripsi dengan predikat cumlaude. Latar Dan Waktu (Setting) : Yogyakarta - Saat Resti menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir untuk wisuda meraih gelar sarjana. Karakter Tokoh : -          Resti (tokoh  utama) : Cerdas, rajin,  pantang menyerah, melankolis juga. -          Hanny(sahabat Resti) : Setia kawan,selalu menghibur. -          Profesor Pradipto (dosen pembimbing) : killer, kebapakan, pintar sekali. -          Roni (adik Resti) : temperamen, manja, labil.

Yang Terabaikan

Hari yang melelahkan, dengan Prof Pradipto dosen pembimbing utama rasanya seperti  uji nyali saja. Sudah killer, jam terbangnya tinggi jadi kita harus rajin-rajin up date schedule beliau ke Mas Rino, asistennya. Pertama kali pembagian dosen pembimbing, pasti semua mahasiswa berharap tidak akan dibimbingnya. Profesor Pradipto terkenal dosen susah, dari pengalaman banyak mahasiswa yang mundur bahkan ganti dosen karena tidak tahan menghadapi beliau. Hampir 2 jam aku habiskan untuk bimbingan dengannya, proposal skripsiku dia acak-acak. Banyak sekali revisi, harapan mengejar wisuda 6 bulan ke depan menjadi pesimis, tetapi wajah Prof Pradipto mengisyartakan aku pasti bisa! Ambisi untuk cumlaude semakin terpatri, aku ingin mama papaku bangga dengan prestasiku. Aku sudah berjanji mempersembahkan terbaik bagi orang-orang yang aku cintai. Bagiku mama, papa dan Ronny adikku adalah sumber kebahagiaan. "Rest, Rest ... masih sibuk?" suara Hanny teman kos, yang kamarnya bersebelah terdengar nyaring dari balik pintu kamar. "Yoi, masuk Han." "Ya ampun Rest udah makan siang belum? dari pulang kampus tadi siang, kayaknya kamu belum panggil-panggil aku nemenin cari makan deh." "Iya Han aku ngejar revisi hari ini, jadi besok aku bisa langsung maju lagi ke Prof Prap, aku takut ngak bisa ngejar wisuda." "Iya, tapi jangan sepelekan kesehatan, gimana mau menyelesaikan skripsi kalau badan sakit!" nasehat Hanny. Hanny benar, sedari pulang bimbingan tadi yang ada di otakku membuka leptop dan langsung merevisi apa yang Prof Pradipto sarankan untuk penulisan proposal skripsiku. Aku seperti takut kehilangan waktu barang sebentar tanpa ada progress.. Hubungan aku dan Hanny dekat, kami sesama perantau. Dari awal perploncoan kami menjadi akrab dan memutuskan mencari kos-kotan dekat kampus, karena kami tidak punya alat trasportasi kecuali kedua kaki ini. Jadilah aku ke kampus dengan berjalan kaki. "Rest, ayo cari makan aku lapar nih." "Ayo, aku juga lapar! Sedari siang perutku belum terisi apa-apa." Saat mengambil dompet tiba-tiba... " Would you know my name. If I saw you in heaven? Would you feel the same If I saw you in heaven?" petikan gitar Eric Clepton yang aku jadikan ring phone berbunyi. "Dari rumah, bentar ya Han." Dari seberang handphone terdengar suara mama yang terisak-isak, "Mama sudah tidak kuat menghadapi Papamu, jangan bersedih kalau Mama dan Papa bercerai. Mama sudah coba bertahan sekian lama, demi menjaga keutuhan keluarga dan detik ini Mama tidak kuat lagi Rest. Maafkan Mama, kamu jangan merasa kecil hati. Satu lagi jangan dipikir banget, biar Mama dan Papa selesaikan masalah kami. Kamu tetap fokus dengan skripsi dan ujian pendadaranmu." Tak terasa air mataku meleleh, perih hati mendengar penuturan mama yang akhirnya menerima perceraian ini. Tak terbesit sedikitpun dalam pikiran manjadi anak broken home. Hadirnya orang ke-3 yang sempat mama isyaratkan lewat curhatnya pemicu perceraian ini terealisasi. "Rest, masalah Mama dan Papamu lagi? Kamu harus kuat Rest tidak semua yang kita harapkan selalu menjadi kenyataan. Inilah yang dinamakan dengan hidup. Tidak ada yang sempurna, saat ini yang penting kamu persiapkan ujian pendadaran sebaik-baiknya, kamu harus lulus cumlaude!," Hanny berkata bijak. "Buat apa Han aku berjuang habis-habisan mengejar IP tinggi, dan lulus cumlaude tetapi orang-orang yang aku cintai berantakan, aku merasa kasihan dengan Roni adikku pasti sangat terpukul, apalagi dia sehari-hari berhadapan langsung dengan pertengkaran-pertengkaran mereka." "Kamu harus kuat Rest! Aku selalu menjadi sahabat yang  mendengarkan apapun yang engkau rasakan," Hanny memelukku, sedikit ada beban terbagi dengan sahabatku ini. Profesor Pradipto, masih saja meminta banyak revisi. Untunglah beliau semakin bersahabat, mungkin dia merasa kasihan atau salut dengan aku yang ngoyo dan ngotot. Setiap ada revisi hari ini besoknya, aku sudah menghadap lagi sesuai yang beliau minta. Sampai-sampai dia nyletuk "Ampun perasaan mahasiswi yang aku bimbing itu banyak, tapi yang muncul kamu lagi-kamu lagi." Semakin hari, setiap aku telepon untuk memonitor keadaan rumah yang ada hanyalah tangisan sedih mama, hatiku tersayat sembilu. Aku bisa merasakan kepedihan mama yang selama ini sangat mencintai papa, pasti sangat berat menghadapi gugatan perceraian yang papa ajukan. Hatiku mengutuk wanita sialan yang telah merebut posisi papa dari kami. Roni sempat akan memukul wanita yang menurut kabar telah diperistri secara siri. Teganya papa menghancurkan kebahagiaan kami, keluarga yang selalu aku banggakan di hadapan teman-teman, kini hanya omong kosong belaka. Siang ini aku kembali menghadapi Profesor Pradipto, sepertinya waktu kurang pas. Dari awal masuk ke ruang bimbingan wajah Profesor Pradipto tampak kusut, seperti kelelahan. Benar kembali aku diomel-omel, untuk hal yang seharusnya tidak perlu sembari marah. "Aduh Resti, Bapak bilang kamu jangan menggunakan pendekatan Analisa Regresi dan Korelasi lagi, skripsi seperti ini sudah banyak bertebaran. Hari ini kamu pikirkan lebih cerdas lagi untuk melakukan penelitian yang lebih berbobot!!," tanpa ba-bi-bu Profesor Pradipto ngeloyor pergi. Aduh! Aku tidak habis pikir. Kemarin dia fine-fine saja menggunakan analisa ini, hingga aku berani membuat sampai kesimpulan yang berarti bab terakhir terselesaikan, tapi tiba-tiba dengan gampangnya Profesor Pradipto menolak dengan analisa yang aku pakai. Sinting! Sama saja aku memulai dari awal lagi. Aku tidak bisa tidur, bengong di depan laptop. Apa yang harus diubah, aku merasa sudah mengerjakan sesuai yang beliau sarankan sebelumnya. Menyakitkan sekali kejadian siang tadi, hasil kerja beberapa hari tidak berarti apa-apa! Papa seandainya engkau tidak meninggalkan kami? Pasti kau menjadi tempat share kejadian barusan. Tiba-tiba aku rindu dengan sosoknya, 3 bulan lalu hubungan kami masih sangat baik. Aku adalah putri kesayangan papa. Aku sangat dimanja. Kalau samapai aku  ketemu dengan wanita penggoda itu, pasti aku juga akan memaki dia habis-habisan. Papa sepertinya sangat marah, kemarin terakhir aku berbicara keras di telpon "Pokonya Resti tidak mau ketemu Papa lagi, sekalipun Papa tua dan sakit-sakitan, kita lihat saja apakah wanita genit itu mau merawat Papa." Aku benar-benar tidak menginginkan perceraian terjadi. Tetapi semakin hari kondisi semakin rumit. Papa tetap keras kepala dengan keputusannya. Papa gelap mata! Papa tidak peduli akan kami. Sahabatku Hanny juga sibuk dengan skripsinya, aku tidak mau membebani sahabatku dengan curhat kondisi keluargaku yang memanas.  Sebenarnya ingin aku cerita, sejenak melegakan hati tetapi aku tak tega mengganggu sahabatku yang sedang memperjuangkan skripsinya. Biarlah kepedihan ini menjadi bagian yang tercatat dalam Hearts Secret. ***** Profesor Pradipto, akhirnya memberiku nilai A untuk hasil skripsi dan pendadaran. Sudah diputuskan pihak universitas aku meraih predikat cumlaude. Tetapi hampa rasanya semua keberhasilan, kalau boleh memilih mungkin aku lebih baik lulus biasa-biasa saja, tetapi papa dan mama tidak bercerai. Hari ini... Aku malas mengikuti gladi bersih untuk wisuda besok pagi, badanku lebih nyaman tertidur di suatu tempat. Hearts Secret catatan harianku semakin buram, entahlah berapa banyak pil penenang telah aku telan, setiap telanan pil aku menemukan kebahagiaan; pertama aku serasa kembali menjadi seorang anak kecil yang dimanja, papa dan mama berebut memelukku, pil kedua ada adikku Roni yang sedang belajar sepeda dengan papa penuh kebahagiaan, pil ketiga, keempat hingga pil keberapa aku sendiri tak ingat, sejenak terdengar samar acara wisudaku besok ... "Selanjutnya wisudawati Putri Restiatiwiatmi, lulus dengan preidakat cumlaude dengan IPK 3.9 juga lulusan tercepat 4 tahun dari Fakultas Ekonomi Manajemen...putri dari Bapak Sastro Hidayat dan Ibu Sri Istiana dipersilakan maju...". (*) Keterangan Banget : sangat Sirih : Pengertian nikah siri yang beredar di masyarakat itu ada dua macam 1.Pernikahan yang dilakukan tanpa wali 2.Pernikahan yang dilakukan dengan adanya wali dan  terpenuhi syarat syarat lainnya tetapi tidak dicatat di KUA setempat. Ilustrasi : meonghitam.multiply.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun