"Suatu hari akan ada seorang pangeran tampan yang menjemputmu ...."
Seperti kemarin-kemarin senja selalu membuat aku damai dengan kehangatan matahari yang memudar tergantikan bisikan angin menjelang petang.
Kunanti dia yang kusebut kekasih hati, dengan rindu bercampur cerita harinya di kantor. Yah ... sebenarnya ada lebih yang kunanti dari sekedar penantian kehadirannya yang menghiburku di beberapa senja terlewati.
Kunanti ... kunanti ... bak dongeng puteri yang percaya pangerannya jatuh hati lalu melamarnya untuk menghabiskan waktu bersama hingga menua.
Harapan sederhanaku, setelah beberapa banyak senja terlewati hanya bersamaku Pangeranku dan penantian inipun ingin menjadi kenyataan.
***
Ah itu dia kamu datang dengan sejuta senyum dan pasti juga cerita, tapi siapakah dia ...? Kenapa sepertinya dia tidak ikut turun bersamamu untuk menghampiriku? Ah jangan-jangan senja kali ini kau tidak menghabiskan banyak waktumu untukku? Ya aku melihat di mobil mu ada dia, aku tidak mau dia membuat kamu hanya akan menemaniku sesaat menamatkan senja hari ini.
"Senja ... apa khabarmu hari ini?" kau selalu memulai dengan pertanyaan yang sama dan aku sudah hafal di luar kepala. Lalu kau akan mengelus rambutku yang tergerai sesaat bahkan sesekali mengacaknya.
Dari kamu aku tahu kalau rambutku yang terbiar tergerai agak memerah dan ikal jika matahari senja mengenai rambutku. Kamu bilang aku seperti Puteri Berambut Emas. Hi hi hi kamu membuatku terkikik Pangeranku dan aku jawab,"Dan kamu pasti Pangeran Berkudaku yang akan menjemputku suatu hari nanti, bersama kita membangun istana, iyakan?"
"Senja maaf aku, tidak bisa lama-lama bersamamu, ada hal penting yang harus aku selesaikan. Ini bukan tentang kamu, ini tentang pilihan berat yang aku pun tak bisa menghindari. Senja mungkin beberapa hari aku tak bisa menemani senja bersamamu lagi, tapi percayalah kamu tetap Puteri Berambut Emasku yang selalu menghangatkanku setiap senja tenggelam ...."
"Ya ... aku faham ...." jawabku mencoba tak terisak.