Mohon tunggu...
Nonik Widyaa
Nonik Widyaa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Sedang menempuh pendidikan S1 Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Literasi Media Sebagai Penangkal Imitasi, Perubahan Gaya Hidup dan Budaya Konsumerisme

17 Juli 2018   20:06 Diperbarui: 12 November 2018   11:26 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam. Media baru atau media digital menjadi sesuatu yang sangat menarik perhatian. 

Hal ini dapat diamati mulai dari pembicaraan populer di media massa hingga telaah akademis di berbagai universitas. Media baru dianggap memiliki kebaruan yang berbeda dengan media konvensional. Kebaruan tersebut bisa disingkat menjadi 4C, yaitu computing and information technology, communication networks, digitalized media and information content, and convergence. Dengan demikian, media baru selalu berkaitan dengan komunikasi yang termediasi melalui komputer, jaringan komunikasi dan pesan yang terdigitalisasi, yang demikian menjadikan semua pesan media menjadi konvergen. Media baru ini menjadi salah satu bentuk kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi. 

Perkembangan pengaruh media baru atau disebut juga media digital dalam kehidupan sehari-hari membawa banyak perubahan baru. Dalam hal ini, dengan kehadiran komputer pribadi baik yang bersifat desktop atau laptop maupun smartphone, memungkinkan setiap orang untuk tersambung dengan jaringan internet. Melalui jaringan internet inilah setiap orang bisa melakukan komunikasi tanpa batas ruang dan waktu. 

Populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai 262 juta orang. Lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang telah terhubung jaringan internet sepanjang tahun 2017, setidaknya begitu menurut laporan teranyar dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Mayoritas pengguna internet sebanyak 72,41 persen masih dari kalangan masyarakat urban. Pemanfaatannya sendiri sudah lebih jauh, bukan hanya untuk berkomunikasi tetapi juga membeli barang, memesan transportasi, hingga berbisnis dan berkarya. Berdasarkan wilayah geografisnya, masyarakat di pulau Jawa paling banyak terpapar internet yakni 57,70 persen. Selanjutnya Sumatera 19,09 persen, Kalimantan 7,97 persen, Sulawesi 6,73 persen, Bali-Nusa 5,63 persen, dan Maluku-Papua 2,49 persen. 

Kemudahan yang ditawarkan dalam media digital membuat penggunanya menjadi terlena. Banyaknya manfaat yang diperoleh diberbagai bidang semakin mempengaruhi perkembangan media ini dan juga meningkatkan jumlah penggunanya. Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikas,  maka semakin besar pula rasa ingin tahu para penggunanya. Sebab media digital memiliki peran yang besar untuk membantu dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh media digital berbeda-beda bagi setiap individu. 

Hal ini disebabkan karena perbedaan pola pikir, interaksi sosial, perbedaan sifat dan sikap, serta perbedaan latar belakang budaya. Sehingga tanpa disadari media digital telah membawa masyarakat masuk pada perubahan ideologi. Salah satu dampak yang paling terasa lewat pemanfaatan media digital yakni setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi populer. Dengan konsep do-it yourself atau self-publishing, seseorang dapat memotong cara-cara konvensional untuk menjadi populer. Hal inilah yang melahirkan perlunya konsep manajemen media digital. 

Tekanan itu semakin intens ketika "media saling berlomba-lomba" dalam memberikan layanan informasi kepada konsumennya. Tingginya penetrasi media komunikasi itu dampaknya semakin sulit terkontrol. Kini konsumen tidak sekedar mendapatkan informasi, pengetahuan, dan hiburan, tetapi bisa berinteraksi langsung. Pada saat yang sama media menanamkan nilai ideologi baru berupa budaya konsumerisme, perubahan gaya hidup, dan model peniruan sikap dan perilaku orang-orang tertentu yang dipopulerkan atau dikenal dengan imitasi.

Budaya imitasi 

Imitasi adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang telah dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsangan, dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses peniruan ini dapat digolongkan sebagai efek kognitif, efek afektif dan behavioral. 

Dapat dilihat bahwa bentuk imitasi yang paling mencolok adalah perilaku mengikuti budaya asing dan bagaimana pengaplikasian budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pihak yang melakukan imitasi akan meniru sama seperti tindakan yang dilakukan oleh pihak yang diimitasi, cenderung tanpa berfikir panjang tentang tujuan peniruannya. Perilaku yang ditiru dapat berwujud penampilan, sikap, tingkah laku, maupun gaya hidup. Percepatan arus informasi yang dibarengi oleh kemajuan teknologi yang pesat semakin mendukung terjadinya imitasi. 

Banyaknya konten yang tersedia di media digital tentu saja akan berpengaruh kepada yang khalayak dan mengundang keinginan untuk meniru. Terutama datang dari sosok populer seperti artis yang banyak menjadi trendsetter bagi masyarakat awam. Budaya imitasi ini menjadi salah satu dari dampak buruk apabila yang ditiru adalah hal-hal yang tidak baik, dan lebih jauh dapat mempengaruhi pola pikir si peniru. Akan tetapi proses imitasi bukanlah merupakan suatu hal yang buruk ketika yang ditiru adalah suatu hal yang positif, sehingga pola pikir yang terpengaruh akan dapat membangun dalam meningkatkan kualitas diri individu. Namun yang terjadi, masyarakat memang semakin pintar dalam melakukan proses imitasi tetapi tidak dibarengi sikap yang bijak dalam menentukan hal apa yang seharusnya ditiru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun