Oleh: Kinanti.
Bagiku, cerita kita sudah selesai
O, iyakah? Engkau penulis ceritanya?
tidak perlu kamu berikan penjelasan , apalagi penyesalan sebagai rasa bersalahmu.
Hmmm...?:"(
Semua harus sudah selesai dan aku tidak akan mengulangi kebodohanku, cukuplah pertemuan ini untuk yang terakhir kali. Tak akan kuberikan dan kuijinkan ada kesempatan pertemuan lagi. Juga hatiku. Hei, kenapa diam?
Jadi, boleh aku bicara? Baik, tapi ini bukan penjelasan ya...Aku hanya ingin pengakuanmu, apakah aku atau engkau pernah mengadakan pertemuan kita? Yang pertama, kedua atau ketiganya? Siapa yang hendak engkau salahkan dengan pertemuan kita? Apakah yang terjadi dengan pertemuan kita? Apa? Jika hatimu mencintaiku, apakah aku yang memerintahkannya? Siapa yang harus menyesal? Lalu, jika aku mengijinkan hatiku mrncintaimu? Bisakah engkau merubahnya? Kalau kau bisa, lakukanlah sesuatu. Tunggulah sampai penggenggam hati ini mengijinkan dan mengabulkan inginmu. Manusia diberi kebebasan kalau ia mau bebas, tapi kalau ia mau menghamba, maka ia tak bisa bebas. Ia akan menuruti kemauan Tuannya. Ada yang menghamba secara total, seperti para nabi dan rasul, ada yang tidak, tergantung derajat penghambaannya. Ada juga yang sebebas bebasnya, tanpa ada aturan, yaitu para atheis.
Tapi, mengapa engkau mengingkari janjimu, jika engkau seorang hamba Tuhan? Bukankah Tuhan melarangnya?
Itu tidak benar. Aku akan menunaikan janjiku bila aku sudah mampu. Bila sebelum aku mampu menunaikannya aku mati, tagihlah di pengadilan Tuhan yang tak akan mencurangimu.
Oiya? Kalau engkau masuk neraka bagaimana?
Ya, itu resikoku. Biar engkau yang kucintai bahagia dan puas.