Ketika kita  tak jemu jemu bersilang sikap, kuhadang cukup dengan satu kata, "biarin".
Ketika kamu kekeh menilaiku menyuguhkan "pembenaran", aku tersenyum dan membatin, "ah, biarin"
Ya, sudahlah. Biarin. Yang penting itu gimana maunya Sang Pencipta Segala gala.
Namun, hahaha...di belakangmu, aku histeris menangis.Â
Aku mencintaimu tanpa kepentingan. Aku hanya merasakan cinta itu. Aku merasa rindu, mendengar kamu bahagia, aku bahagia, mendengar kamu sedih ku doakan segera berlalu kesedihan itu. Ys begitulah wajah cintaku.
Ya sudah, biarin. Aku bisa apa? Tak mungkin cinta ini bersanding dengan kepentingan. karena itu akan ada yang tersakiti.Â
Jadi, ya biarin tahu!