Oleh karena itu, kemahakuasaan Allah selalu bertujuan demi kebaikan manusia. Allah tidak pernah menunjukkan kemahakuasaannya untuk mencelakakan atau membawa keburukan bagi manusia. Bukankah manusia itu adalah ciptaan  Allah? maka segala apa yang Allah lakukan bagi manusia adalah demi kebaikan manusia.Â
Oleh karena itu, Allah tidak mungkin menjatuhkan Azab bagi manusia seperti yang muncul dalam serial-serial televisi kita. Jika si A mengalami azab dan sengsara, besar kemungkinan hal itu disebabkan karena kelalaian si A itu sendiri atau kelalaian orang lain yang menyebabkan si A mengalami azab dan sengsara, bukan karena kehendak Allah. Untuk lebih jelasnya saya akan menceritakan sebuah cerita.
Seorang teman menceritakan pada saya bahwa ia pernah ditabrak oleh seorang pengendara motor. Akibatnya, ia harus terlempar dari motornya dan jatuh di atas aspal. Pengalaman ini bagi teman saya dirasakan sebagai sebuah rencana Allah.Â
Allah menghendaki ia ditabrak oleh seorang pengendara motor, agar dengan kejadiaan itu ia menjadi lebih berhati-hati dalam berkendara di jalan.Â
Setelah mendengar cerita teman saya ini, saya berpikir sejenak lalu berkata padanya: "kalau seperti itu, berarti Allah itu jahat sekali ya, karena IA merencanakan kamu ditabrak oleh seorang pengendara motor, hanya supaya kamu lebih berhati-hati dalam berkendara".Â
Saya yakin Allah bukanlah Allah yang seperti itu. Kejadian yang teman saya alami menurut saya murni karena kelalaian pengendara motor yang menabrak teman saya itu, dan bukan merupakan kehendak Allah, karena sekali lagi Allah itu adalah Allah maha penyayang, maha pengasih, maha pengampun bukan maha membenci, maha mendengki atau maha berbuat jahat.
Sebagai manusia seharusnya sifat Allah menjadi dambaan bagi kita. Kita mestinya setiap saat, setiap detik mengupayakan sifat Allah dalam diri kita.Â
Jika Allah itu maha pengasih, maka setiap saat, setiap detik, kita pun harus mengupayakan sifat pengasih itu, bukannya malah mengupayakan kebencian tertanam dalam diri. Jika Allah itu maha pengampun, maka kita pun perlu mengupayakan sifat pengampun itu dalam diri kita.Â
Saya sendiri kagum dengan beberapa tokoh yang menurut saya telah menjadi sosok-sosok pengampun yang patut diteladani. Pertama, Sri Paus Yohanes Paulus II. Beliau pernah ditembak dari jarak dekat oleh seorang pria muslim yang bernama Mehmet Ali Agca. Namun luar biasanya Paus Yohanes Paulus II tidak sedikit pun menampakkan wajah kebencian, ketika datang menemui Mehmet di dalam penjara.Â
Beliau justru mengampuni Mehmet Ali Agca. Kedua, dari dalam negeri, saya kagum dengan kesabaran pasangan suami istri yang anak perempuan satu-satunya dibunuh oleh teman anaknya sendiri (kasus ini terjadi beberapa waktu yang lalu dan menjadi berita hangat di beberapa stasiun televisi).Â
Pasangan ini tidak menampakkan wajah marah dan penuh kebencian ketika bertemu dengan pembunuh anak perempuan mereka. Mereka justru mengampuni pembunuh anaknya, dan menyerahkan semuanya pada proses hukum.