Jangan biarkan suara kita dikotori oleh asap dari api yang disulut oknum yang bersembunyi dibalik wajah demokrasi. Jangan sampai hanya karena selembar-dua lembar rupiah masa depan bangsa kita tergadaikan. Â Jika bangsa kita tercerai berai oleh demokrasi semu, maka kapankah bangsa ini menjadi bangsa yang besar? Jauh sebelum paham demokrasi ada, Tuhan telah memperingatkan kita terlebih dahulu dalam firmannya :
"Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas..."(Q.S Ali-Imran/3: 105)
Untuk menjadi negara yang besar,  diperlukan usaha dalam skala nasional, dengan syarat  semua pihak harus bersinergi dan bersikap  kooperatif. Karena maju tidaknya suatu bangsa bukan ditentukan oleh bangsa lain, melainkan bangsa itu sendiri. Sebagaimana firman Tuhan yang artinya:
"...Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri..."(Q.S Ar-Ra'du/13: 11)
Pemerintah, mahasiswa dan rakyat hendaknya bukan lagi bidak-bidak yang saling menjatuhkan, tetapi mata rantai yang saling terkait dan menguatkan satu sama lain. Bangsa kita bangsa timur, yang sopan dalam berlaku dan bertutur. Kita menjunjung tinggi "kebebasan berbicara" bukan "kebablasan berbicara". Demokrasi bukanlah ladang untuk mencari eksistensi diri, tetapi gerbang untuk mengabdi pada negeri. Â
*Penulis adalah mahasiswa Semester 1, mata kuliah Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA