Mohon tunggu...
Harirotul Fikri
Harirotul Fikri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Psikologi UIN Malang '10| Pengagum sastra | Nyaman berada di kereta, senja dan padang ilalang | Bermimpi jadi penulis dan pebisnis | Penah ingin lanjut S2. Pernah!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terapi untuk Mereka yang Selalu Mengeluh

17 Oktober 2013   07:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:26 2574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13819703511627651548

[caption id="attachment_295285" align="aligncenter" width="300" caption="motivaksi.blogspot.com"][/caption]

Mengeluh adalah suatu gambaran untuk seseorang yang tidak puas dengan apa yang dimilikinya saat itu. Baik yang dimilikinya tersebut berbentuk materi, waktu maupun non materi yang lainnya. Mengeluh berarti merupakan indikasi dimana seseorang tidak bisa atau tidak mau menerima keadaannya saat itu. Ketidakpuasan tersebut selanjutnya akan ditampakkan dengan aksi mengeluhkan apa yang sedang dirasanya.

Kebalikan dari mengeluh adalah bersyukur. Orang yang bersyukur berarti adalah orang yang nyaman dan bisa menerima apa yang saat itu sedang dimilikinya. Tentunya sama dengan hal-hal dia atas, baik berupa materi maupun non materi.

Jika dalam keadaan mengeluh kita menggiring hati kita menuju ke ranah ketidaknyamanan, tanpa kita sadari bersyukurpun merupakan aktivitas menggiring pikiran dan hati kita menuju ketenangan. Mereka yang terlalu banyak mengeluh biasanya banyak berpikir negatif dalam mempersepsikan sesuatu atas stimulus yang diterimanya.

Mari kita berkaca pada contoh yang saat ini merebak dikalangan politik negara kita. Banyak pejabat-pejabat yang telah kita anggap kaya raya, atau sebut saja menengah ke atas dan tentunya dengan gaji puluhan juta, tapi masih juga merasa kurang dan mengambil uang-uang rakyat untuk akhirnya mereka tumpuk untuk dirinya sendiri. Apa penyebab orang melakukan hal tersebut? Ya, jawabannya sama dengan yang saat ini kita bahas, yaitu orang tersebut kurang bisa bersyukur dengan apa yang saat ini dimilikinya. Akibat dari kurang bersyukur tersebut, orang akan merasa selalu kurang puas dengan apa yang diperolehnya, selalu merasa kurang, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Mengingat dua perbedaan yang saling berseberangan tersebut, terapi kali ini bisa kita jadikan sebagai tips agar anda para pembaca yang (mungkin) sering mengeluh, bisa terbantu untuk menjadi orang yang pandai bersyukur. Berikut terapinya.

Sediakan buku khusus untuk kita jadikan suatu diary atau catatan harian. Anda pernah menuliskan pengalaman dalam buku harian? Yap. Anda hanya perlu menuliskan 5 kejadian dalam hidup anda (dalam hari itu) yang perlu anda syukuri. Yak, silahkan anda garis bawahi; 5 KEJADIAN ATAU HAL YANG PERLU DAN PANTAS ANDA SYUKURI.Tulis kejadian-kejadian tersebut, 5 kejadian setiap harinya, dan bersyukurlah atasnya.

Nah, bagaimana halnya jika pada hari tersebut anda merasa terus menerus terjerat kesialan? Caranya, selalu pandang suatu hal dengan banyak perspektif, banyak sudut pandang, dan banyak cara berfikir. Dalam kejadian kesialan tersebut, cari keberuntungan-keberuntungan yang terselip di dalamnya. Contoh, ketika anda menceritakan perilah anda jatuh dari atas motor, anda masih harus bersyukur karena masih ada yang menolong anda saat itu, begitu seterusnya. Syukur-syukur jika anda bisa menuliskan lebih dari 5 hal yang perlu anda syukuri.

Dengan menuliskan dan mensyukuri apa yang kita alami setiap hari, maka secara tidak sadar, setidaknya kita telah melakukan 2 hal penting dalam hidup kita, yaitu:

1. Belajar menilai sesuatu selalu dari segi positifnya (positive thinking).

2. Belajar untuk lebih bisa mensyukuri apa yang saat ini kita miliki, dan belajar menerima diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun