Mohon tunggu...
Firdaus  Faisal Merdekawan
Firdaus Faisal Merdekawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Hukum UI and Part of LPDP RI

Penggemar perkembangan sains dan teknologi. Menulis untuk melepaskan gagasan yang mengendap pada pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Cinta yang Terbatas Waktu

22 Februari 2019   23:24 Diperbarui: 23 Februari 2019   01:21 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: mangreview.com

Adam Smith, pelopor ekonomi modern pada abad 18 mengatakan bahwa sifat manusia itu sebagai homo economicus. Makhluk yang cenderung tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha untuk terus-menerus memenuhi kebutuhannya. Memang tidak salah dengan apa yang diucapkan Adam Smith tersebut, sebab sebagai manusia tentunya kita sangat anti dengan namanya "terbatas".

Kuota Internet, pangan, hingga kebahagaiaan maunya semua harus terus selalu ada dan maksimal. Tak terbatas. Namun apa jadinya jika, sebuah perasaan cinta antara sepasang insani terbatas. Hal tersebut coba digambarkan dengan epic melalui film Love for Sale.

Film ini mengisahkan tentang Richard Ahmad Widjaja seorang owner perusahaan percetakan, warisan dari orang tuanya. Richard yang diperankan dengan baik oleh Gading Marten merupakan pria paruh baya yang telah menginjak usia 41 tahun. Dengan usia yang sangat matang tersebut, Richard masih enjoy bertahta jomblo dengan dalih kegagalan masa lalunya.

Kini hidupnya hanya terobsesi dengan status sosial dan penilaian dari orang lain. Alhasil hubungan yang terbangun antara dia sebagai owner dengan pegawai-pegawainya selalu tidak berjalan dengan mulus. Richard kerap kali menuntut kesempurnaan bahkan tidak segan untuk marah dan membentak-bentak, jika terdapat kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh pegawainya.

Namun, ketika udah ngumpul bareng teman-teman nobar bolanya, Richard lah yang menjadi objek bullying. Semua teman-temannya meledek kejombloaannya. Hingga akhirnya di antara mereka bertaruh, bahwa di pesta pernikahan salah satu temannya yang akan dilaksanakan dua minggu lagi, Richard pasti datang tanpa membawa pasangan. Tentunya saja, bagi teman-teman Richard, taruhan tersebut merupakan taruhan duit. Tapi tidak bagi Richard yang mana ini merupakan pertaruhan harga diri.

Akhirnya dia mencoba berbagai cara untuk dapat mendapatkan pasangan. Salah satu usaha yang ditempuhnya adalah melalui aplikasi sewa pacar, Love Inc. Aplikasi ini menyediakan perempuan untuk disewa jasanya sebagai pacar fiksi guna keperluan tertentu. Akhirnya Tuhan menjawab doanya dengan mengirimkan bidadari cantik bernama Arini. Awalnya Arini yang diperankan dg manis oleh Della Dartyan, disewa Richard hanya untuk kepentingan satu hari di hari pernikahan temannya. Namun kemudian Arini sukses membujuk Richard untuk menyelesaikan "kontrak" hubungannya selama 45 hari.

Alhasil, siang-malam Richard menghabiskan waktu bersama dengan Arini. Sisi keras Richard pun perlahan terkikis dengan kedatangannya. Arini sukses memberikan perhatian kepada Richard. Memanjakannya dengan penuh kasih sayang. Pintar memasak dan suka sepak bola pula. Sempurna, mengisi kekosongan hati yang Richard alami sebelumnya. Richard pun berubah dengan hadirnya Arini, dari seorang owner yang perfeksionis, hobi marah-marah menjadi seseorang yang lebih santai dan ramah kepada pegawainya.

Hingga akhirnya waktu itu tiba. Kebersamaan Arini dengan Richard pun harus usai karena terbatas waktu sewa. Richard harus menerima bahwa hubungannya dengan Arini telah berakhir. 

Meski hampir satu bulan, setelah hari Valentine film ini baru rilis, setahun lalu. Namun dengan menonton film ini mampu membawa emosi kita sebagai penonton ke latar percintaan senyata mungkin. Tidak banyak adegan drama cinta absurd seperti yang dipertontonkan ftv atau film genre romance lainya. Namun memberikan deskripsi kondisi yang nyata terjadi saat ini.  

Film ini sukses menggambarkan premis tentang pria keras hati yang melembut karena bertemu dengan sosok perempuan. Perempuan yang mampu melemahkan perasaannya. Saya dan teman perempuan saya pun merasa terheran-heran sumringah sendiri sesaat setelah film ini berakhir. Sebab, kami merasa seperti nyata terbawa alur kisah cinta Richard dan Arini.

Mungkin itu lah kenapa manusia itu selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimiliknya. Meski kata Thomas Alva Edison, Discontent is the first necessity of progress namun, karena kita hidup di dunia yang terbatas pada ruang dan waktu, maka kalau kita sudah komitmen untuk memiliki sesuatu maka kita siap dan rela untuk sewaktu-waktu melepaskannya, meski itu membutuhkan waktu dan energi yang tidak sedikit.#sayitwithfilm  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun