Mohon tunggu...
Nok Kamelia
Nok Kamelia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas negeri di Jawa Tengah. Menulis bukan hal yang mudah. Kompasiana menjadi sarana bagi saya untu belajar berimajinasi dan menuangkan ide serta gagasan melalui tulisan. Semoga tulisan saya bermanfaat. Selamat membaca dan terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buruh Pabrik Masuk Undip

10 Juli 2022   02:39 Diperbarui: 10 Juli 2022   05:16 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
Tak selamanya mundur itu buruk. Ya, kadang kita perlu mundur untuk memperluas sudut pandang atau bahkan mengambil ancang-ancang untuk melompat lebih jauh.

Gagal SBMPTN merupakan momok mengerikan bagi semua pejuang Perguruan Tinggi Negeri termasuk aku yang gagal pada tes tersebut untuk pertama kalinya. 

Sedih sekali ketika melihat pengumumaan dengan kata motivasi yg terpampang di depan layar laptop. Sungguh saat itu kata selamatlah yang kuinginkan bukan kata-kata motivasi yang sama sekali tidak memotivasi malah yang malah menyakiti hati.

Pengumuman itu membuat diri ini down, tapi aku tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Aku pribadi sadar atas kegagalan tersebut. Kurangnya pemahaman materi, keketatan jurusan yang aku pilih merupakan faktor yang mungkin menjadi penyebab terbesar kegagalan itu. 

Mengingat aku merupakan lulusan SMK yang dicetak untuk siap kerja bukan kuliah. Meskipun aku mengikuti bimbingan belajar yang kebetulan diselenggarakan oleh beberapa mahasiswa PTN kala itu, tetapi mungkin belum rezeki dan sudah menjadi takdir bahwa aku harus belajar lebih lama untuk memepersiapkannya. 

Aku teringat seorang mentor, kakak mahasiswa yang mengajariku di bimbel dulu. Beliau juga merupakan lulusan SMK, lebih tepatnya Sekolah Teknik Mesin dan memilih gap year atau menunda kuliah sambil bekerja karena beliau juga gagal pada SBMPTN pertamanya. 

Hingga pada tahun berikutnya, beliau ikut SBMPTN kembali dan dinyatakan lolos. Hal ini menjadi cambuk semangat untuk aku pribadi. Beliau bisa, kenapa aku tidak bisa?!

Jangan patah terlalu awal. Bisa jadi kamu tidak menyukai takdir ini, namun Allah SWT justru rida

Setelah kegagalan tersebut aku memutuskan untuk gap year sambil bekerja di sebuah pabrik di Kabupaten Kendal. Pekerjaan dengan sistem sift membuat aku merasa kesulitan dalam mengatur waktu belajar dan hanya bisa meluangkan waktu tiga jam setiap hari untuk belajar. 

Tak jarang juga belajar sampai larut malam hingga tertidur pulas di atas tumpukan kertas latihan soal. Bekerja lalu belajar, kegiatan itulah yang saya lakukan selama satu tahun untuk mempersiapkan seleksi masuk PTN sembari mencari rezeki untuk bekal di masa depan. 

Selama bekerja menjadi buruh pabrik banyak hal dan pelajaran yang aku dapatkan terutama mengenai kehidupan yang mungkin selama ini aku sendiri belum tau dan belum pernah merasakan. Bagaimana cara membagi waktu, menghemat biaya hidup di kota perantauan, bangun pagi pulang malam, dan merasakan rasanya hidup jauh dari orang tua. 

Tak lupa pula pengalaman begitu susahnya mencari pekerjaan yang bagus dengan hanya membawa selembar ijazah SMK. Dari pengalaman tersebut tekad aku untuk berkuliah semakin kuat, dan belajarpun semakin giat untuk mewujudkan tekad dan cita-citaku. Selain itu, support dari teman-teman rekan kerjaku  di pabrik membuat saya semakin bersemangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun