Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dhamir

20 Juli 2019   19:01 Diperbarui: 20 Juli 2019   19:11 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : factsaboutfossiils.com

Dhamir, adalah suatu pelita yang diletakkan Tuhan
pada fitra naluriyah dan sekaligus sebagai kekuatan
kontrol, dimana pengalaman-pengalaman sosial
dijernihkan-Nya dengan pelita itu. Dan fakta-fakta

berikut merupakan bukti kebenaran pendapat
kalangan beragama.
Anda dapat memperhatikan kehidupan seluruh jenis
hewan, bagi hewan apapun tak punya lingkungan

sosial, anda akan menyaksikan seekor kucing buang
hajat, lalu menguruknya dengan tanah.
Kiranya lingkungan manakah yang mengajarkan
kucing untuk berbuat demikian ?

Bagaimanakah kucing itu dapat membedakan antara
barang yang bersih dan yang kotor.
Dilain tempat anda dapat menyaksikan kucing lain
sedang bermain bersama anak-anak. Apabila kucing

itu dengan sengaja atau tidak, telah menjatuhkan
vas bunga hingga pecah, kiranya apa yang dilakukan
oleh kucing tersebut ? Tentu ia akan lari ketakutan
dan berlindung di bawah kolong, karena sadar akan

kesalahannya.    
Seekor binatang buas bunuh diri karena menyesal
dan hendak menebus dosanya. Maka dari lingkungan
binatang buas yang manakah singa tadi menerima adat

atau tradisinya itu ? Apakah hukum adat lingkungan
sosial binatang buas itu menganggap serangan
terhadap mangsa dari belakang sebagai suatu

kejahatan yang pelakunya diharuskan buni diri
sebagai hukuman yang setimpal ?
Dhamir, adalah suatu Nur Ilahi yang diletakkan

Tuhan pada "Fitrah Naluriyah", di mana lingkungan
sosial bertugas untuk menghapus setiap noda yang
melekat pada tiap jiwa demi menjernihkan cahaya
Nur Ilahi itu. 

Demikianlah yang terjadi sebenarnya antara singa
dengan pelatihnya itu, dimana persahabatan dan kasih
sayang yang mendalam pada diri mereka masing-
masing telah mencerminkan jiwa hewani singa tadi.

Jiwa yang sudah jernih itu mengetuk dhamirnya,
dimana ia sangat menyesal terhadap perbuatannya
dan berduka cita, yang akhirnya ia bunuh diri dengan
mengoyak-ngoyak tubuhnya sendiri.

*sumber : Apa arti hidup, oleh : NY.H.Hadiyah Salim.

Singosari, 20 Juli 2019

@J.Barathan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun