Siang ini udara sedikit gerah walau angin cukup kencang yang turun dari lereng gunung Arjuna, namun belum dapat mengusir hawa sumuk disekitar areal pemandian Ken Dedes Singosari.Â
Aku berteduh dibawah pohon kersen, sambil memandangi persawahan yang baru ditanami palawija. Udara sejuk segar duduk dibawah pohon rindang, kemudian kunyalakan sebatang rokok menghisapnya dalam-dalam hembusan asap cepat pula menghilang, pergi entah kemana.Â
Tak begitu lama sayup-sayup kudengar suara azan dari kejauhan, ach... waktu ternyata begitu cepat berlalu, siang pun menjelang sore. Aku harus segera pulang, udara juga mulai terasa sedikit dingin.Â
Kupacu motorku berlari kearah timur, jalan nampak lengang orang-orang lebih suka berdiam diri di dalam rumah, tancap gas suara knalpot menderu-deru. Sesaat kemudian aku telah sampai dirumah, langsung kunyalan kompor gas untuk memasak air, membuat wedang kopi.Â
Juga tak lama kopi panas sudah tersedia di atas meja, oramanya begitu menggugah selera untuk segera menikmatinya. Ya, betul sekali akupun demikian, tanpa ragu dan bimbang kusruput tipis-tipis di ujung lidah terasa manis, pahit, dan hangat. Tapi membuatku jadi penasaran ingin meneguk kembali, lalu kusruput dan kusruput lagi, kopi sore memang luar biasa.Â
Singosari, 16 Juli 2019
@J.Barathan.