Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bohong yang Diizinkan

24 Februari 2019   00:10 Diperbarui: 24 Februari 2019   00:21 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wordpress.com/pinterest

Berkata terus terang adalah tanda kejujuran hati. Tetapi cara mengatakannya kadang kala membutuhkan kepandaian, sehingga tekanan suara (intonasi) bagi orang yang mendengar tidak menyakitkan. Ini termasuk "seni"dalam berbicara. Asalkan jangan lupa katakanlah yang sebenarnya, artinya jangan berkata dusta. 

Wajah yang tenang menyakinkan sebagai modal utama, dalam melancarkan perkataan, perkataan yang cepat dan tepat dengan wajah yang tenang disertai senyum, itu termasuk bohong yang halus, dan itu diizinkan sewaktu-waktu.

Orang Inggris mengatakan White Lies (bohong yang putih bersih), orang Jerman mengatakan Die Nothige (bohong yang terpaksa), dan orang Muslim mengatakan Alkizbul Halal (dusta yang halal).

Bilahkah itu terjadi ?

Baik, ingat semua ini terjadi hanya dengan maksud suci semata. Bukankah segala dusta itu dilarang, karena akan merugikan orang lain dan mencelakai diri sendiri ? Ada banyak persoalan yang benar, tetapi bisa jadi menyinggung perasaan kalau dikatakan terus terang kepada yang bersangkutan.
Misalnya, seseorang yang sedang sakit parah dan tidak mungkin dapat disembuhkan. 

Dia bertanya kepada Dokter yang merawatnya, "Dok, apakah masih ada harapan saya akan sembuh"? Tentunya Dokter akan mencari jawaban yang tidak akan menyinggung perasaan pasien, seperti, "mengapa anda bertanya begitu ? Bukankah sebagai manusia yang hidup, kita ini, saya dan anda, senantiasa mempunyai harapan kepada Tuhan. 

Berapa banyak orang yang lebih parah sakitnya dari anda, tapi mudah saja bagi Tuhan menyembuhkannya, dan tidak kurang pula orang yang sehat, meninggal dengan tiba-tiba. Kewajiban saya mengobati, kewajiban anda menurut nasehat saya, mari kita serahkan dan pasrah kepada Tuhan.

Begitulah jawaban yang akan diberikan Dokter. Dia berkata dengan terus terang, dan mengakui penyakit sipasien parah, tapi Dokter tidak akan melukai perasaan sipasien dengan kata-kata yang akan menghancurkan harapannya. 

Bahkan Dokter akan mengatakan, "anda jangan banyak berfikir, istirahat dan makanlah yang banyak, agar anda cepat sembuh kembali" Dokter sekali-kali tidak akan mengatakan penyakit anda parah sekali, dan tidak mungkin dapat disembuhkan, anda sudah mendekat pada kematian dan sebagainya. Padahal jika Dokter menyampaikan perkataan itu, bukankah dia berkata benar ?!!

Begitulah salah satu contoh bohong yang diizinkan, terlebih lagi bohong untuk keselamatan seseorang atau menyangkut nyawa seseorang. Kita manusia tidak berhak mengambil nyawa seseorang, itu urusan yang Maha Kuasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun