Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator Madrasah Tsanawiyah

Operator Madrasah : - Operator data EMIS (Education Management Information System) - Operator data Simpatika Kemenag - Operator E-RKAM BOS Kemenag - Operator Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus - Teknisi ANBK dari Tahun 2017 s.d sekarang (dulu masih UNBK namanya) Mencoba untuk menuangkan keresahannya melalui artikel di Kompasiana, tapi lebih banyak tema yang diluar dari konteks pekerjaan. More info: asharinoer9@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Keras Boleh, Tapi Jangan Lupa Siapa yang Benar-Benar Sayang Sama Kamu

22 Juni 2025   14:59 Diperbarui: 22 Juni 2025   14:59 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Momen hangat keluarga | Pexels. Ketut Subiyanto

Sejak awal kita masuk dunia kerja, entah disadari atau tidak, kita pelan-pelan diajarkan untuk menjunjung tinggi yang namanya kerja keras. 

Bahkan seringnya, bukan hanya kerja keras, tapi juga loyalitas yang kadang kebablasan. 

Kita diminta stay lebih lama di kantor demi mengejar deadline, dianggap wajar kalau balas email malam-malam atau saat libur, dan kalau bisa, cuti ditahan-tahan dulu biar kelihatan “dedikasi”-nya. 

Semakin kita mengorbankan waktu pribadi, semakin kita dipuji. Padahal ya, tidak semua pengorbanan itu dibalas dengan apresiasi yang sepadan.

Realitanya, budaya kerja kita sering kali memaksa orang untuk menomorsatukan pekerjaan di atas segalanya—bahkan di atas kesehatan sendiri. 

Kita bangga kalau bisa multitasking sambil sakit, atau tetap kerja walau sedang stres berat. 

Padahal, tubuh dan pikiran punya batasnya. Tapi sayangnya, budaya “kerja keras tanpa batas” ini sudah telanjur dianggap normal. 

Bahkan kadang, kalau kita bilang butuh istirahat, malah dinilai kurang semangat atau tidak totalitas.

Pertanyaannya, apakah benar semua itu layak? Apakah kebangetan loyal ke perusahaan itu memang sepadan dengan yang kita korbankan? 

Atau jangan-jangan, kita hanya sedang ditipu oleh glorifikasi kerja keras yang tidak sehat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun