Pasti banyak yang pernah mengalami hal ini di tempat kerja: sudah kerja lembur, mengejar target sampai lupa waktu, rela tidak mengambil cuti, semua demi janji atasan—katanya kalau target tercapai, bakal dikasih bonus, insentif, bahkan ada kemungkinan naik jabatan.
Tapi setelah semua tercapai? Eh, ujung-ujungnya hanya jadi omong kosong belaka.
Tidak ada kabar bonus, tidak ada tanda-tanda promosi, dan yang ada malah alasan-alasan klasik seperti “belum disetujui manajemen” atau “kondisi keuangan belum memungkinkan.”
Rasanya seperti dibohongi hidup-hidup. Padahal, janji manis itu yang awalnya membuat semangat kerja tim naik, jadi malah berubah jadi sumber kekecewaan dan frustasi.
Kalau sudah seperti ini, jangan heran kalau akhirnya banyak anggota tim jadi ogah-ogahan kerja, malas kasih performa terbaik, bahkan diam-diam mencari peluang di tempat lain.
Karena bagi sebagian besar orang, bukan soal bonusnya, tapi soal kepercayaannya yang sudah dikhianati.
Masalahnya, janji yang tidak ditepati itu efeknya tidak main-main. Sekali seorang pemimpin ketahuan tidak bisa dipegang omongannya, kepercayaan tim langsung runtuh.
Anak buah akan berpikir, “Ngapain gue capek-capek kalau ujung-ujungnya cuma dibohongin?”
Rasa kecewa itu pelan-pelan berubah jadi sikap apatis. Mereka jadi malas bertanya, malas menyimak, malas mendengarkan arahan, karena dalam hati sudah berkata: “Percuma.”
Motivasi kerja pun langsung terjun bebas. Yang tadinya semangat kerja untuk tim, untuk perusahaan, akhirnya kerja hanya sebatas menggugurkan kewajiban.