Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator Madrasah Tsanawiyah

Operator Madrasah : - Operator data EMIS (Education Management Information System) - Operator data Simpatika Kemenag - Operator E-RKAM BOS Kemenag - Operator Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus - Teknisi ANBK dari Tahun 2017 s.d sekarang (dulu masih UNBK namanya) Mencoba untuk menuangkan keresahannya melalui artikel di Kompasiana, tapi lebih banyak tema yang diluar dari konteks pekerjaan. More info: asharinoer9@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bahaya Janji Manis Pemimpin yang Tak Ditepati: Efeknya Bisa Fatal bagi Tim

21 Juni 2025   09:06 Diperbarui: 23 Juni 2025   15:37 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Emosi saat janji tidak ditepati | Pexels. ANTONI SHKRABA production

Pasti banyak yang pernah mengalami hal ini di tempat kerja: sudah kerja lembur, mengejar target sampai lupa waktu, rela tidak mengambil cuti, semua demi janji atasan—katanya kalau target tercapai, bakal dikasih bonus, insentif, bahkan ada kemungkinan naik jabatan. 

Tapi setelah semua tercapai? Eh, ujung-ujungnya hanya jadi omong kosong belaka. 

Tidak ada kabar bonus, tidak ada tanda-tanda promosi, dan yang ada malah alasan-alasan klasik seperti “belum disetujui manajemen” atau “kondisi keuangan belum memungkinkan.” 

Rasanya seperti dibohongi hidup-hidup. Padahal, janji manis itu yang awalnya membuat semangat kerja tim naik, jadi malah berubah jadi sumber kekecewaan dan frustasi. 

Kalau sudah seperti ini, jangan heran kalau akhirnya banyak anggota tim jadi ogah-ogahan kerja, malas kasih performa terbaik, bahkan diam-diam mencari peluang di tempat lain. 

Karena bagi sebagian besar orang, bukan soal bonusnya, tapi soal kepercayaannya yang sudah dikhianati.

Masalahnya, janji yang tidak ditepati itu efeknya tidak main-main. Sekali seorang pemimpin ketahuan tidak bisa dipegang omongannya, kepercayaan tim langsung runtuh. 

Anak buah akan berpikir, “Ngapain gue capek-capek kalau ujung-ujungnya cuma dibohongin?” 

Rasa kecewa itu pelan-pelan berubah jadi sikap apatis. Mereka jadi malas bertanya, malas menyimak, malas mendengarkan arahan, karena dalam hati sudah berkata: “Percuma.”

Motivasi kerja pun langsung terjun bebas. Yang tadinya semangat kerja untuk tim, untuk perusahaan, akhirnya kerja hanya sebatas menggugurkan kewajiban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun