Kamu pernah mengalami keadaan seperti ini nggak? Waktu kamu lagi susah, tidak punya uang, lagi bingung cari cara agar tetap bertahan hidup—kamu dibilang, "Udahlah, jangan ngerepotin keluarga. Harusnya kamu bisa usaha sendiri."
Tapi anehnya, giliran kamu dapat rezeki lebih, kerjaan mulai stabil, tabungan mulai aman, tiba-tiba muncul omongan, "Kamu kan sekarang udah lumayan, masa sama keluarga sendiri nggak mau bantu?"
Situasi seperti ini sangat sering dialami oleh generasi sandwich, generasi yang terjepit di antara tanggung jawab terhadap orang tua dan anak-anak, bahkan kadang juga saudara.
Hidupnya sudah lelah mental dan fisik, masih harus menghadapi tuntutan sosial yang berubah-ubah tergantung kondisi finansial mereka.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center untuk Astra Life pada tahun 2021, hampir 50% masyarakat usia produktif di Indonesia adalah bagian dari generasi sandwich.
Artinya, separuh dari kita mungkin sedang mengalami tekanan yang sama. Dan efeknya banyak dari mereka yang terancam tidak bisa pensiun dini, kesulitan beli rumah, dan setiap bulan harus kejar-kejaran antara pendapatan dan pengeluaran.
Lucunya, waktu kita jatuh dan butuh pegangan, nasihat yang datang sering kali menyakitkan, “Kamu harus mandiri dong, jangan nyusahin keluarga terus.”
Seolah minta bantuan itu dosa besar. Tapi begitu penghasilan naik sedikit saja, langsung muncul kalimat, “Ingat ya, keluarga itu harus saling bantu.”
Standar gandanya begitu jelas, saat susah disuruh kuat sendiri, saat senang harus dituntut berbagi.
Seakan-akan nilai seseorang diukur dari seberapa banyak dia bisa memberi, bukan dari seberapa keras dia berjuang.