Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Tenaga Pendidik

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengintip Dunia Perdukunan dalam Sudut Pandang Logika dan Akal Sehat

30 Januari 2023   11:49 Diperbarui: 30 Januari 2023   12:42 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peralatan Dukun(pexels.com/Abet Llacer)

Dan kalau kita melihat kasus-kasus pembunuhan yang sebelumnya yang biasanya di hubungkan dengan spiritualisme, mistisme dan perdukunan sebagainya itu juga banyak cerita-cerita yang aneh dan tidak masuk akal, seperti misalnya; di Makassar ada keluarga yang membunuh anaknya dan berusaha mencungkil mata adiknya yang masih berusia 6 tahun, dengan alasan di dalam mata anak itu ada sesuatunya untungnya pada waktu itu berhasil dicegah oleh pamannya, ada kasus yang seperti itu. (Sumber)

Dan ada juga kasus dukun yang membunuh anak dari kliennya di depan kliennya sendiri dan si kliennya itu mendiamkan jasad anaknya di dalam kamarnya sampai berbulan-bulan hingga membusuk dengan alasan si dukun itu bisa membangunkan anaknya atau menghidupkan kembali anaknya dari kematian, kan benar-benar aneh dan tidak masuk akal. (Sumber)

Atau kita pernah mendengar salah satu kasus yang paling terkemuka di Indonesia yaitu Dukun AS yang melakukan pembunuhan pada 42 wanita dengan alasan kalau dia mampu melakukan pembunuhan lebih banyak daripada itu ia akan mendapatkan kesaktian. (Sumber)

Dan masih banyak hal-hal yang janggal sejenisnya. Kenapa bisa seperti itu?

Dukun itu harus kita garis bawahi di mana kita tidak bisa menemukan pembuktian apa pun di situ. Misalkan kalau kita masuk ke dunia perdukunan, maka kita akan di doktrin dengan hal yang sederhana yaitu jangan percaya pada panca indra. 

Mengapa demikian? Karena panca indra adalah alat pembuktian kita yang paling utama, dengan panca indra kita bisa mengenali orang lain, melihat rumah kita, mengetahui mana yang aman dan mana yang berbahaya dan masih banyak lagi. Tapi kalau kita sudah masuk dalam dunia perdukunan kita diminta untuk tidak mempercayai itu. 

Contoh misalnya: " Si dukun bilang Tuh itu di sana ada kuntilanak, lalu kamu menjawab mana nggak keliatan? Si dukun bilang kembali, itu di pojok situ di samping pohon. Kamu Menjawab lagi, mana pak nggak keliatan kok. Lalu dukun menjawab lagi, iya kamu kan matanya terbatas, mata kamu tidak bisa melihat hal-hal yang seperti itu mata batin kamu belum terbuka ". Jadi penglihatan yang sangat jelas itu dianggap tidak bisa melihat apa-apa. 

Selain mata, logika kita juga di serang, yang merupakan alat pembuktian eksistensi kita itu juga diragukan. Contoh misalnya : " Si dukun bilang, tuh lihat ada kuntilanak terbang di atas kamu. Lalu kamu menjawab, wah gak masuk akal itu pak. Dukun menjawab, wah ini memang di luar akal, di luar logika, logika kamu mah tidak bisa menggapai itu semua " .

Jadi kalau orang-orang yang sudah masuk ke dalam dunia perdukunan, dunia spiritual, hal yang selalu di doktrin ialah jangan percaya pada pembuktian-pembuktian yang menujukan eksistensi. Indrawi di anggap salah, logika pun di anggap salah, kalau indrawi dan logika di anggap salah lalu yang benar apa? yang benar ya halusinasi dan delusi. Mengapa halusinasi dan delusi?

Karena banyak sekali praktik-praktik perdukunan yang membuat otak secara biologis rusak, syarafnya rusak. Contoh misalnya : Orang harus puasa selama 40 hari 40 malam atau tidak boleh tidur selama 3 hari 3 malam dan sebagainya. Secara logika, secara medis hal seperti itu bisa merusak, bisa memunculkan halusinasi atau delusi. Kalau hal seperti itu dilakukan secara berulang-ulang maka otak orang itu akan benar-benar rusak.

Bonus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun