Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Ketika Ananda Berbohong, Apakah Alasan Mereka Dibenarkan?

1 Juni 2023   12:46 Diperbarui: 1 Juni 2023   13:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Tentu kita semua memahami bahwa berbohong adalah sesuatu yang tidak dibenarkan dan dilarang dalam agama apa pun karena termasuk ke dalam perbuatan dosa. Bahkan dalam agama Islam diajarkan bahwa kebohongan merupakan salah satu dosa yang akan mengantar kepada dosa-dosa besar lainnya. Jadi apa pun kondisinya kita tentunya diajarkan untuk selalu berkata jujur dan benar karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun kita ke surga. Nilai-nilai inilah yang kita paham dalam kehidupan kita. Lalu bagaimana jika anak sering berbohong? Apakah sama nilai dan kualitasnya seorang dewasa yang berbohong dengan seorang anak yang berbohong?

Tahukah ayah-bunda bahwa salah satu alasan utama ananda berbohong adalah untuk mempertahankan hubungan yang mereka jalin dengan orang tua mereka sendiri loh. Dan itu artinya tidak sama nilainya dengan ketika seorang yang dewasa melakukan kebohongan. 

Jika seorang anak melakukan sesuatu yang mereka tahu 'salah' dan lalu mereka dihadapkan untuk mengkonfirmasi semua yang telah dilakukan, ananda mungkin berbohong kepada ayah-bunda mereka karena takut ayah-bunda mereka akan kecewa pada mereka atau lebih buruk lagi menghukum mereka. Karenanya mereka berusaha menutupinya dengan merekayasa cerita ataupun berbohong. Ananda berbohong dengan harapan kesalahan yang telah ananda lakukan tidak akan muncul ke permukaan dan mereka bisa menghindari rasa malu akibat kesalahan yang telah ananda perbuat.

Jadi Ini semua kembali ke gagasan tentang kesalahan, bagaimana ayah-bunda membuat aturannya, dan bagaimana lingkungan mempercayai bahwa setiap orang harus dihukum dan diejek dan lalu meninggalkan orang yang membuat mereka malu akibat kebohongan yang telah diperbuat. Mungkin jika ayah-bunda dapat membuat peraturan secara lebih spesifik dan dampak -- dampaknya kepada ananda, maka ananda akan bisa melihat lebih detail kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat yang dapat ditoleri tanpa harus berbohong.

Saat mengajar siswa dikelas, saya juga berusaha membuat secara spesifik peraturan-peraturan kepada siswa agar siswa-siswa dapat lebih menghargai lingkungan dan menjaga hubungan dengan sesama teman-temannya sehingga terhindar dari membuat kesalahan sehingga harus berbohong. Siswa-siswi kami biasakan untuk menghargai hubungan yang dibentuk dan dilakukan setiap harinya. Karena adanya perpecahan dan silang pendapat mungkin terlalu berat untuk mereka tanggung sehingga mereka akan berbohong dengan harapan semuanya akan hilang.

Sebuah kebohongan tidaklah berbahaya dan juga tidak ada hubungannya dengan 'rasa hormat'. Namun tentu saja kita harus tetap concern dengan didikan tentang kejujuran kepada ananda. Latihlah mereka untuk bisa menakar apa saja yang termasuk kebohongan besar dan membiasakan ananda untuk tetap selalu berkata jujur.

Gagasan kuno bahwa: jika ananda berbohong, ananda akan membuatnya lebih buruk... mengatakan yang sebenarnya dan ananda tidak akan mendapat masalah adalah hal yang konyol. Jika ayah-bunda mengatakan ayah-bunda akan membuatnya lebih buruk dengan berbohong, ayah-bunda sudah mengatakan itu buruk dan bahwa ananda hanya dilihat dengan penilaian saja tanpa memandang hal penting lainnya.

Jika ayah-bunda telah menggunakan istilah "mendapat masalah" di masa lalu, maka kelak tidak ada orang yang akan percaya bahwa ananda akan dikecualikan jika mereka mengatakan yang sebenarnya. Maka sejatinya mereka tidak ingin dipermalukan di depan dan lebih buruk lagi dihukum atau dikuliahi. Inilah mengapa konsekuensi, hukuman, ceramah, dan rasa malu menyebabkan lebih banyak perilaku keluar jalur dan yang terburuk malah akan mulai membuat keputusan yang lebih buruk lagi.

Ini hanyalah salah satu aspek dari kebohongan. Ada banyak hal lain yang berkisar dari dongeng hingga keinginan untuk menjadi bagian dari kebohongan sering muncul seiring dengan eksplorasi yang ananda lakukan dalam menemukan hal-hal baru. Belum lagi banyak dari kita orang dewasa yang juga sering berbohong. Dengan dalih mengatakan kebohongan putih untuk menyelamatkan perasaan seseorang, kebohongan untuk keluar dari melakukan sesuatu dan lain sebagainya. Tentu saja kebohongan dengan niat baik tidak sama dengan kebohongan penipuan. Tapi tetap saja itu adalah kebohongan. So Bijaklah sebagai orang tua ya ayah-bunda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun