Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Inilah Gambaran Mengapa Kita Harus Mengajarkan Anak-anak tentang Emosi

8 Februari 2023   23:54 Diperbarui: 9 Februari 2023   00:07 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu ketika saya melihat dan memutar sebuah Video dari sebuah grup WA, tentang seseorang yang tidak bisa mengekspresikan emosinya dengan baik. Diceritakannya bahwa sejak kecil ia selalu dimarahi dan dilarang untuk memberikan pendapat ataupun marah yang disebabkan oleh sesuatu hal karena hal itu dianggap tidak baik. Setelah dewasa, pada saat ia sedang memesan makanan sepulang dari kerja, karena ia tidak suka pedas, lalu ia memesan nasi goreng yang tidak pedas disebuah warung kaki lima pinggir jalan. Saat proses memasak, ia melihat si tukang nasi goreng terlihat memasukkan cabe/ sambal dalam jumlah yang banyak yang diyakininya pastilah akan jadi nasi goreng yang pedas sementara ia sendiri tidak suka pedas. Namun ia tak kuasa untuk memprotesnya apalagi untuk marah karena pesanan yang tidak sesuai. Lidahnya kelu untuk melarang dan ia hanya bisa menangis dalam hati karena nasi goreng itu nantinya akan sia-sia untuknya dimakan. Miris bukan? Bagaimana seorang anak dapat memperjuangkan haknya jika untuk menolak keinginannya agar sesuai dengan apa yang ia mau saja  ia tak mampu melakukannya.

Dalam masa pertumbuhkembangannya, anak-anak akan mengalami berbagai situasi dan pengalaman baru. Karenanya penting bagi seorang anak untuk belajar mengelola emosi sejak dini. Pengalaman ini akan berpengaruh terhadap emosi yang mereka miliki di masa yang akan datang. Anak tidak akan tahu bagaimana merespon sebuah hal dengan benar jika tidak diajarkan sejak dini.

Respon emosi yang anak lakukan pada saat ia masih kecil terhadap sesuatu sehingga sampai membuatnya tantrum, kesedihan atau kemarahan yang berlebihan, stres atau bahkan terjadi tindak kekerasan merupakan hal yang pastinya orang tua tidak inginkan. Namun kondisi tersebut mungkin saja akan sering anak lakukan jika dirinya justru tidak diajarkan mengelola emosi.

Mari kita mulai dengan seorang pria berusia 30 tahun yang memiliki masalah kemarahan.

Nah, apakah pria ini tiba-tiba mengalami masalah amarah? Kemungkinan besar tidakkan? Bisa saja bahwa itu sudah ada sejak lama terjadi, mungkin pada masa kanak-kanaknya, tetapi sekarang intensitasnya meningkat dan lebih menonjol. Sebuah emosi yang mengendap sejak lama dan dipendam, akan tidak baik apabila dikemudian hari terdapat trigger dan dorongan pada dirinya yang tidak bisa diprediksi kapan akan muncul.

 Yuk coba mari kita kembali ke masa kecilnya yang sekarang. Ketika dia masih kecil dan marah, atau mengungkapkan kemarahannya, apakah dia diberitahu dengan model ucapan seperti ;

"Marah itu sangat buruk"

"apa yang bisa membuatmu marah hanya untuk hal sekecil itu?"

atau amarahnya dibalas amarah untuk menenangkannya alias dibentak dan dicegah untuk menunjukkan kemarahannya semakin menjadi-jadi.

 Apa yang anak laki-laki ini pahami tentang dirinya sendiri? Pastilah anak ini akan berpikir : jika marah itu buruk-lalu mengapa aku merasakan perasaan seperti ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun