Mohon tunggu...
nodnod
nodnod Mohon Tunggu... Lainnya - Pengarang

Ada hal yang tak akan ku menyerah untuknya yaitu menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pintuhati

29 November 2024   10:03 Diperbarui: 29 November 2024   10:03 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia melintangi dinginnya nafas malam
Bertelanjang,  kulitnya penuh dengan luka pahatan.
Dibuatnya kata dari logam paling mulia
Serupa bentuk rusuknya yang telah hilang.

Dia berteduh dibalik karang putih
Menerima deras sungai mengalir dari sepasang rembulan
Pun suara -suara yang pertemukan sudut senja.
Dia begitu rapuh hingga sanggup tiada dalam belaian hujan.
Saat sehelai sutra mengikatnya satu
Tuhanpun hilang kepiawaian dalam merayu
Dan ketika kata itu telah berputar
Akan dia rengkuh bait-bait doa yang pernah menyayatnya.

Aku selalu bertanya -tanya,  disaat kehangatan mekar,  dibagian langit terjauh,  pun antara penghuni surga yang pantas untuk dia terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun