Mohon tunggu...
Nobertha Shinta
Nobertha Shinta Mohon Tunggu... Hoteliers - Anyone can write anything. Write whatever I want. Also write whatever I have to.

I will write whatever I want to write :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akomodasi Etnis Bangsa Dalam Pembangunan NKRI

25 September 2021   19:00 Diperbarui: 25 September 2021   19:03 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bangsa Indonesia dewasa ini sedang dirundung ancaman perpecahan karena bahasa-bahasa di Indonesia dapat dibedakan menurut status masing-masing, menjadi bahasa nasional (bahasa Indonesia), bahasa daerah, dan bahasa asing (terutama bahasa Inggris). Apa peran masing-masing dalam mempersatukan bangsa ini? Atas dasar pemikiran bahwa bahasa Indonesia bersama Pancasila dan sejarah bangsa adalah perekat sosial bangsa ini, apa yang perlu kita lakukan agar bahasa Indonesia dapat berperan secara optimal sebagai pemersatu bangsa Indonesia?

Fishman (1972), dalam Fasold (1984:2-7) memakai dua istilah untuk menjelaskan peran bahasa dalam satuan politico-teritorial yang disebut nasion. Kedua istilah itu adalah nasionisme dan nasionalisme. Nasionisme berkaitan dengan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dalam arti luas. Nasionalisme yakni satuan sosiokultural yang terdiri atas orang-orang sebagai anggota suatu satuan sosial yang berbeda dengan kelompok-kelompok lain. Peran bahasa dalam nasionisme berbeda dari peran bahasa dalam nasionalisme. Menurut Fishman, bahasa memegang peran penting seperti kebudayaan, agama, dan sejarah 'language serves a link with 'the glorious post' and with authencity (Fasold, 1984:3), sedangkan Garvin dan Mathiot (1956) peran bahasa dalam kaitannya dengan nasionalisme adalah fungsi pemersatu (unifying) dan pemisah (separatist). Fungsi pemersatu mengacu pada perasaan para anggota suatu nasionalitas bahwa mereka disatupadukan serta diidentifikasikan dengan orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama. Fungsi yang kedua merujuk ke perasaan para anggota nasionalitas bahwa mereka berbeda dan terpisah dari orang-orang yang berbahasa lain.

Dalam kaitannya dengan bahasa Indonesia, tampaknya fungsi yang pertama itulah yang perlu dibina agar semua warga yang berbahasa Indonesia, merasa anggota satu bangsa yang sama.

Komunikasi dan Interaksi Sosial Masyarakat

Dalam memasuki era globalisasi, bangsa Indonesia yang sangat majemuk ini harus mempersiapkan diri demi kelangsungan hidupnya. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui antara lain, gambaran kehidupan di era globalisasi, tuntutan dan peluang apa saja yang ada di dalamnya dan bagaimana meresponsnya. Untuk itu, perlu diadakan tinjauan budaya untuk mengetahui apakah budaya Indonesia yang ada sekarang ini sudah siap mengahadapi era globalisasi. Budaya yang dapat menghadapi tuntutan seperti itu adalah budaya yang tangguh, sehingga ia dapat menghimpun potensi dari seluruh rakyat yang majemuk untuk menghadapi tantangan dari luar. Semua potensi yang terdapat dalam masyarakat Indonesia hendaknya dapat ditampung dalam wadah yang disebut budaya nasional Indonesia, yaitu budaya yang mengakui kebinekaan yang terdiri atas budaya-budaya etnis.

Kemajuan di bidang komunikasi dan transportasi membuat dunia makin terbuka dan batas-batas atau sekat-sekat yang memisahkan satu bangsa dari bangsa lain makin memudar, memaksa masyarakat Indonesia untuk bergaul dengan masyarakat negara lain. Agar manusia Indonesia dapat bergaul dan berfungsi sebagai warga negara secara efektif dalam masyarakat Indonesia modern, ia perlu memperhatikan dan mengindahkan nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh pemikiran modern dewasa ini, antara lain, nilai-nilai yang terdapat dalam konsep demokrasi. Terjadinya konflik nilai dalam kelompok masyarakat budaya Indonesia dewasa ini dapat diamati dan sudah dapat diramalkan. Konflik itu dapat terbuka dan dapat pula terpendam. Di satu sisi dipaksa untuk mengikuti nilai-nilai atau norma-norma yang baru, dan di sisi lain masih terikat dengan nilai-nilai atau norma-norma tradisional.

Interaksi dan Pembauran Sosio--Kultural Masyarakat

Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dan bersifat dinamis. Budaya-budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sangatlah beragam. Keragamannya dapat dilihat dari adanya beberapa golongan, yaitu golongan Eropa, golongan orang Asing Timur dan golongan penduduk pribumi. Golongan Eropa adalah golongan orang-orang asing seperti Belanda. Golongan orang Asing Timur adalah golongan orang-orang asing seperti Cina, Arab, India. Di antara tiga golongan orang Asing Timur, Cina adalah yang terbesar. Sedangkan golongan penduduk pribumi juga dapat dikatakan sebagai golongan mayoritas. Ketiga golongan ini sesuai dengan pemisahan yang dilakukan berdasarkan garis warna. Golongan Eropa menempati tempat tinggal di pusat kota atau di bagian utama suatu daerah. Mereka menduduki yang paling atas, seperti pegawai pemerintah, pengusaha, pedagang besar, dan penguasa militer. Golongan orang Asing Timur tinggal di lokasi yang secara spasial terpisah dengan lokasi pemukiman penduduk pribumi. Golongan ini kebanyakan menduduki sektor kehidupan ekonomi tingkat menengah, yaitu sebagai perantara bagi orang Barat dengan orang pribumi. Golongan Cina umumnya bergerak pada sektor perdagangan dan perusahaan seperti sebagai distributor atau agen usaha-usaha impor, pengusaha perkebunan, pedagang perantara antara kota, pertokoan.

Dalam struktur perekonomian golongan ini dikenal sebagai penguasa sektor perdagangan. Kedudukannya sebagai golongan minoritas yang berkuasa dalam sektor perdagangan dan sektor perekonomian di tanah jajahan menimbulkan situasi konflik.
Sekalipun ada keterbatasan-keterbatasan hubungan antar golongan, tetapi tidak berarti tidak ada proses pembauran. Dalam batas-batas tertentu pembauran juga terjadi. Dapat ditunjukkan misalnya adanya proses asimilasi antara sejumlah orang Eropa dengan wanita pribumi yang kemudian melahirkan golongan Indo, sebagai hasil perkawinan mereka. Selain lahirnya golongan Indo sebagai hasil hubungan perkawinan antara pemuda Eropa dengan wanita pribumi, terjadi pula akulturasi kebudayaan baru yang dikenal sebagai kebudayaan metizo, yang oleh Milone disebut kebudayaan Indis atau Indish Culture.

Pembauran ini juga sekaligus diikuti dengan proses adaptasi sosio-kultural dari mereka yang melahirkan tradisi kebudayaan baru, seperti tercemin dari kelahiran jenis kesenian keroncong bagi golongan Maraykers (pembauran Portugis dan pribumi), dan gaya hidup dalam berbahasa, makan, berpakaian, dan gaya kerumahan bagi golongan Indo atau peranakan orang Eropa dan Indonesia.
Proses akulturasi budaya juga terjadi di lingkungan kehidupan, keluarga orang Eropa. Penyesuaian mereka terhadap jenis makanan Indonesia, kebiasaan sehari-hari, masuknya istilah atau bahasa setempat ke dalam bahasa mereka. Hal-hal tersebut merupakan adaptasi baru yang diperoleh dari proses pembauran dengan lingkungan sosio-kultural di wilayah itu.

Dari gambaran di atas dapat dipahami bahwa dalam batas-batas tertentu interaksi sosial terdapat segi-segi yang mendorong terjadinya pembauran. Kontak-kontak-kontak sosial budaya antar golongan etnik di lingkungan perkotaan di Indonesia telah melahirkan sintesa--sintesa baru, terutama dalam konfigurasi tradisi sosi kultural baru yang dibutuhkan oleh golongan penduduknya.

Integrasi Dalam Kebudayaan Nasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun