Mohon tunggu...
Noah IISSMACK
Noah IISSMACK Mohon Tunggu... Bidan - blank

murid SMA CK

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santai Baru Susah

21 November 2019   13:08 Diperbarui: 21 November 2019   13:16 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo para pengikut-pengikut Kompasiana! Dalam kesempatan ini, saya ingin curhat kepada kalian para pembaca-pembaca cerpen. Saya ingin menceritakan mengenai suatu pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan pada saat masa SMP saya. Sejauh ini, pengalaman ini mungkin merupakan pengalaman yang paling melelahkan yang saya pernah lewati.

Jadi, waktu itu saya sedang di kelas SMP 3 dan tentu pada saat itu adalah saat banyak sesi belajar dan latihan untuk persiapan untuk USBN dan UN untuk kelulusan SMP. Tetapi di sekolah saya yang lama waktu itu, persiapan untuk ujian-ujian kenaikan kelasnya sangat tidak efektif, bukan hanya cara sekolahnya menyediakan persiapan untuk murid-muridnya, tetapi pada saat itu terjadi cukup banyak kendala yang mengganggu persiapannya. Masa-masa itu sudah berlalu bertahun-tahun lalu (puji Tuhan), jadi saya kurang ingat apa saja kendala-kendalanya, tetapi saya paling ingat kendalanya dalam persiapan untuk pelajaran IPA dulu. Mata pelajaran IPA menurut saya adalah mata pelajaran UN yang paling susah dan persiapan-persiapannya dulu adalah yang paling tidak efektif. Ini karena dulu guru IPAnya sering tidak masuk karena sedang dalam proses perawatan masalah kesehatan, dan untuk memperburuk keadaan, guru IPAnya selalu tidak masuk setiap hari Senin. Hari Senin seharusnya harinya pendalaman materi untuk ujian IPA, dan karena gurunya sering tidak hadir pada hari itu, jadwal pendalaman materinya banyakan sering dilewati daripada diundur. Menurut saya, pendalaman materi yang paling efektif waktu itu adalah untuk pelajaran Bahasa Inggris. Bukan hanya efektif, tapi cukup seru juga. Tidak tahu kalau itu hanya saya, karena saya juga sebenarnya cukup gemar dengan pelajaran Bahasa Inggris. Untuk persiapan ujian Bahasa Inggris, muridnya diberi latihan dengan cara; misalnya, diberi waktu dua menit untuk mengerjakan sepuluh pertanyaan di soalnya. Ini latihan yang efektif karena muridnya jadi bisa selesai mengerjakan soal-soal ujian Bahasa Inggris dengan sangat cepat. Selain itu, ada pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Untuk kedua pelajaran itu pendalaman materinya juga kurang efektif, tetapi saya sudah lupa kenapa. 

Untuk melengkapi semua kendala-kendala itu, pada saat itu ada terjadi 'pemecatan massal guru' untuk sementara karena guru-guru pada ingin ikut suatu pelatihan guru tetapi tidak diizinkan oleh ketua yayasan sekolahnya. Guru-gurunya tetap mengikuti pelatihan tersebut dan itu mengakibatkan 'pemecatan massal' para guru-guru yang ikut pelatihan. Setelah itu terjadi, para murid-murid SMP - SMA merancangkan suatu demonstrasi di sekolah untuk mengembalikan guru-guru yang dipecat. Alasan utamanya karena pemecatan itu terjadi di waktu yang sangat tidak tepat. Apalagi untuk kelas SMP dan SMA yang dalam persiapan untuk UN dan USBN, banyak guru-guru mata pelajaran jadi tidak ada karena pemecatannya. Saat itu terjadi, itu telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk persiapan UN di sekolah. Akhirnya guru-guru tersebut kembali mengajar lagi, tetapi hanya untuk sementara - sampai akhir tahun ajaran. 

Oke, oke.. cukup sudah tentang sekolah lamaku yang ribet. Ya, jadi karena itu, banyak murid-murid termasuk saya juga pada berpikir, "Ahh tidak apa-apalah, ini hanya suatu tahap saja, pasti nanti kekejar materinya, sekolah pasti menyediakan", "Masa sekolah tidak menyediakan? Orang sudah bayar uang sekolah mahal-mahal, masa kita jadi pelajari semuanya sendiri? PR, ujian dan tugas sudah banyak begini, kita juga perlu waktu untuk istirahat, dan hal-hal lain diluar kesekolahan yang sama pentingnya juga. Hidup siswa itu bukan hanya tentang sekolah," ya... begitulah.

Betapa cepat waktu berlalu, tidak sangka waktu untuk menghadapi ujian kenaikan SMP sudah dekat, dan pada saat itu banyak murid-murid masih jauh dari siap untuk menghadapi ujian-ujiannya. Kita pun menjadi kesal dan kecewa akan sekolah kita. Tapi ya.. mau gimana lagi kan? Ngomong-ngomong, sebelumnya saya sempat daftar untuk les mata pelajaran UN Matematika dan IPA, tetapi itu tidak begitu efektif juga maka saya berhenti. Lesnya tidak efektif karena saya telat daftar untuk les. Saya daftar untuk lesnya saat semester kedua dan waktunya sudah tidak cukup untuk persiapan. Apalagi di les umum, sudah ruang kelasnya sempit, gurunya berapa; muridnya berapa: Murid-muridnya waktu itu ramai, kebanyakan dari mereka les untuk persiapan UN juga. Tetapi tidak setiap murid sama umur dan kelasnya, serta mata pelajaran yang dipelajari. Nah, ini yang membuat lesnya tambah tidak efektif lagi, karena murid-murid yang berkelas dan mata pelajaran yang berbeda, sedangkan guru di ruang kelas itu hanya ada dua sampai tiga. Maka jika ingin diajari atau bertanya kepada guru-guru lesnya itu perlu bergantian - yang cukup membuang-buang waktu saya di saat yang sedang mendesak. Kenapa saya baru ingin ngelesnya saat semester kedua kau bertanya? Karena saya sangat tidak sangka kalau pendalaman materi yang disediakan di sekolah akan se-tidak berguna itu, sampai saya menyadari kalau sudah cukup lama saya menjalani kelas SMP 3, dan saya masih jauh dari siap untuk menghadapi UN dan USBN. Saya dari dulu juga tidak pernah memerlukan les sampai saat itu. Saya juga tidak terbiasa dengan ada les di kehidupan saya. Meski kurang efektif dalam persiapan UN dan USBN Matematika dan IPA saya, les itu sangat membantu dalam nilai tugas dan ulangan harian Matematika dan Fisika saya, tetapi lesnya mengakibatkan nilai pelajaran "hafal-hafalan" saya jadi menurun saat nilai pelajaran hitung-hitungannya meningkat. 

Ya, jadi begitulah.. Mau gimana lagi? Akhirnya saya perlu latihan persiapan sendiri di luar waktu sekolah. Tetapi, saat itu saya sudah sampai di titik dimana saya benar-benar kehabisan waktu untuk mempersiapkan diri. Di situasi itu, saya juga pusing bagaimana caranya, dari mana mulainya untuk mempersiapkan diri dengan mandiri di situasi seperti itu. Karena bingung dan pusing, saya malah akhirnya jadi menunda-menunda persiapan mandirinya terus. Akhirnya, situasi sampai seburuk minggu menghadapi ujian-ujian akhir semester telah tiba dengan saya yang masih cukup belum siap untuk menghadapinya. Dan di saat itulah saya benar-benar menghadapi konsekuensinya. Sudah cukup waktu bersantai-santainya, saat itu sudah waktunya untuk bersengsara. 

Saya akhirnya jadi mempersiapkan diri dengan sendiri untuk menghadapi UN dengan yang namanya "SKS", sistem kerja semalam. Iya. Betul apa yang kalian telah baca: "SKS" untuk persiapan UN; mana bisa kan?! Ya, memang tidak bisa sih. Jadi, saya mulai serius mempersiapkan diri sendiri itu sehari sebelum saya akan menghadapi ujian Matematika dan IPA. Saya pun belajar dari buku persiapan UN-nya dan mempelajari semua materi untuk ujian Matematika dan IPA dari buku itu seharian dan semalaman. Saya hanya melakukan apa saja yang bisa dilakukan dengan sisa waktu yang ada. Tentu untuk Matematika dan IPA, ini tidak efektif karena kalau mau bisa, menghafalkan rumus dan dimengerti materinya itu tidak pernah cukup tanpa proses latihan mengerjakan soal-soal, tapi di saat itu sudah tidak keburu lagi untuk itu. Saya ingat betapa lelahnya saya waktu itu, belajar seharian dan semalaman, tidur hanya dua sampai tiga jam padahal esokan harinya akan menghadapi ujian penting. Jadi bagaimana hasilnya? Saya mendapat waktu cukup untuk mempelajari semua materinya, tetapi seperti yang sudah disebut, saya nyaris tidak dapat tidur sama sekali. Tetapi, saat itu saya baru mengetahui, kalau sebenarnya waktu yang diperlukan untuk mempelajari semua materi untuk UN satu mata pelajaran, terutama Matematika dan IPA itu bisa hanya sehari sampai tiga hari saja. Jadi bagaimana dengan ujiannya esokkan harinya? Saya lelah dan ngantuk sekali, juga susah konsentrasi dan hal-hal yang saya sudah pelajari kemarinnya seakan-akan jadi terlupakan semua. Hadeeh! Saya bersyukur sajalah itu semua sudah berakhir dan saya dapat jalan keluar dari situasi itu dengan selamat. Untuk informasi kalian, nilai-nilai ujian saya tidak rendah-rendah sekali kok. Tetapi ya, saya cukup ada penyesalan-penyesalan karena saya tahu kalau sebelumnya saya belajar lebih giat, saya bisa meraih hasil yang lebih baik di ujian-ujiannya. Ya sudahlah! Namanya juga hidup; selalu tentang belajar dari pengalaman-pengalaman supaya dapat berkembang menjadi seorang yang lebih baik. Saya juga berharap dari saya berbagi cerita saya, cerita pengalaman ini dapat membantu orang lain belajar dari pengalaman buruk saya ini, terutama untuk para pembaca-pembaca SMP yang nantinya akan menghadapi UN. Dari pengalaman ini, saya sendiri tentu dapat beberapa pelajaran. Yang pertama yaitu, saya harus lebih meminimalkan melakukan SKS, apalagi kalau untuk belajar untuk ujian esokkan harinya. Dari pengalaman ini, saya jadi tahu kalau kurang tidur itu asli - dapat berefek negatif ke saya pada esokkan harinya di sekolah, saya akan kurang konsentrasi dan ngantuk, dan ini terbukti bisa mempengaruhi saya saat mengerjakan ulangan. Selain itu, dari pengalaman ini saya jadi tahu kalau sebenarnya hanya memerlukan waktu satu dua hari untuk menyelesaikan semua materi dari satu mata pelajaran UN. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun