Mohon tunggu...
Novriansyah Lukito
Novriansyah Lukito Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Akhir di Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Masih dalam tahap pengembangan diri di organisasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dari Sejarah untuk Membangun Komitmen Organisasi

11 September 2016   08:53 Diperbarui: 11 September 2016   09:45 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

71 tahun yang lalu terdapat peristiwa yang sangat bersejarah bagi negara Indonesia, yaitu proklamasi atau penyataan kemerdekaan dari penjajah. Peristiwa bersejarah itu tak lepas dari hasil perjuangan berabad – abad dan bertahun – tahun oleh warga negara Indonesia saat itu. Salah satu unsur yang mendukung atau bisa dikatakan turut dalam perjuangan kemerdekaan yaitu adanya semacam organisasi pergerakan yang lingkupnya daerah dan nasional. Melihat dari sejarah yang ada, maka akan didapatkan berupa organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatera Bond yang bertujuan untuk memperat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera, kemudian organisasi seperti Sarikat Islam yang bertujuan untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran terhadap penindasan dan pemerasan oleh pemerintah kolonial, dan juga seperti Boedi Oetomo yang secara garis besar untuk memajukan pengajaran dan kebudayaan. Melihat itu semua, tentunya organisasi – organisasi tersebut bukan hanya sebatas berkumpul saja, akan tetapi ada tujuan besar yang ingin dicapai.

Kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan dari organisasi – organisasi yang ada karena diyakini mereka mempunyai peran dan fungsi nya masing – masing. Artinya bisa dilihat bahwa adanya keseriusan dari para anggota untuk menjalankan peran dan fungsi masing – masing sehingga Indonesia.

Setelah kemerdekaan pun, eksistensi organisasi masih tetap berlanjut. Eksistensi ini semakin berkembang tiap tahunnya seperti pada tahun 1966 yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional. Pada saat itu sudah banyak terdapat berbagai organisasi, seperti KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), SOMAL, Mapancas, dan IPMI yang bertujuan agar mahasiswa dapat melancarkan perlawanan terhadap PKI (Partai Komunis Indonesia). Pada tahun – tahun selanjutnya eksistensi gerakan mahasiswa masih berlanjut dengan berbagai keheroikannya seperti adanya aksi tritura, peristiwa malari, era NKK/BKK, dan masih banyak lagi. Bisa dilihat pada masa era NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus)/BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan) pada tahun 1978 yang dibentuk paksa oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengembalikan mahasiswa untuk hanya aktif pada kegiatan akademik tanpa harus ikut masalah politik yang cenderung menentang rezim yang ada. Namun mahasiswa pada saat itu tak menyerah, mereka masih mempunyai komitmen yang kuat untuk terus bergerak seperti pembentukan kelompok diskusi dan pers mahasiswa.

Pada era 90-an eksistensi dan keheroikan pergerakan mahasiswa masih terus berlanjut. Memasuki awal tahun ini NKK/BKK telah dicabut dan diganti dengan PUOK (Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan) yang ditetapkan bahwa organisasisi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) yang terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Pada era ini juga terkenal dengan peristiwa “reformasi” yang begitu heroiknya yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat itu. Organisasi – organisasi yang ada pada saat itu bersatu dengan tujuan yang sama, baik organisasi yang sudah lama ada maupun yang baru terbentuk pada tahun 1998 seperti KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang juga turut serta dalam lahirnya reformasi.

Melihat dari perjalanan sejarah yang ada, yang dipenuhi rintangan dan tantangan yang begitu besar maka bisa dikatakan bahwa tanpa adanya kemauan yang kuat dan komitmen yang kuat maka hal itu tak kan bisa terjadi. Keheroikan dan semangat para pengurus organisasi yang ada pada masa lalu sudah seharusnya menjadi motivasi untuk terus berkomitmen kuat dalam menjalani organisasi pada masa sekarang ini.  Baik organisasi pergerakan ekstra kampus ataupun semacamnya, seperti HMI, KAMMI, GMKI, Walhi, dan lain-lain, maupun organisasi pergerakan intra kampus ataupun semacamnya, seperti BEM, DPM, LDK/LDF (Lembaga Dakwah Kampus/Fakultas), Keilmuan, dan lain – lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu, kontrak. Komitmen dalam berorganisasi artinya perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu dalam suatu organisasi yang dalam hal ini membantu suatu organisasi untuk mencapai visi, misi, serta targetan – targetan organisasi tersebut. Komitmen ini sudah seharusnya dimiliki oleh setiap anggota/pengurus dalam setiap organisasi. Jika ikut organisasi tanpa memiliki komitmen yang kuat untuk aktif didalamnya, maka hanya sedikit yang bisa didapatkan atau pelajaran yang bisa diambil dari organisasi tersebut.

Untuk membangun komitmen yang kuat dalam suatu organisasi atau modal dalam berorganisasi maka yang perlu dimiliki oleh pelakunya minimal sebagai berikut; 

1. Niat

Menurut KBBI, niat adalah maksud atau tujuan suatu perbuatan, kehendak (keinginan di hati) akan melakukan sesuatu. Untuk melakukan sesuatu maka hal pertama yang harus dilakukan adalah meluruskan niat dan memantapkan niat. Untuk melakukan segala sesuatu, maka modal awal yang harus disiapkan adalah niat. Begitu juga ketika ingin bergabung dalam suatu organisasi maka harus mempunyai niat terlebih dahulu. Niat disini dalam artian niat yang ingin bergabung secara aktif dan berkomitmen kuat untuk turut serta melakukan kegiatan dalam organisasi tersebut. Namun kadangkala dalam perjalanan organisasi akan ada perasaan bosan atau jenuh dan itu merupakan suatu yang lumrah. Untuk mengantisipasi itu maka lihatlah niat awal ketika akan bergabung organisasi. Jika dari awal niat nya sudah baik dan serius maka yakinlah proses pembelajaran dalam suatu organisasi akan berjalan dengan baik pula begitupun sebaliknya.

2. Keikhlasan

Komitmen yang kuat dalam suatu organisasi tidak akan lepas dari keihklasan dalam bekerja. Untuk membangun komitmen maka harus diimbangi dengan keihklasan yang tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa organisasi kemahasiswaan yang ada pada saat ini, seperti BEM, DPM, dan lain – lain tidak ada yang memberikan gaji kepada pengurusnya, bahkan anggota nya lah yang kadang mengeluarkan uang untuk kemajuan suatu organisasi. Begitu pula dengan waktu, terkadang harus mengikhlaskan waktu bersantai atau libur untuk keperluan organisasi. Maka sudah seharusnya setiap anggota yang tergabung dalam suatu organisasi harus memiliki keihklasan yang tinggi demi terwujudnya komitmen yang kuat dalam suatu organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun