Mohon tunggu...
Nur LailatulRohmah
Nur LailatulRohmah Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswi Psikologi

Just trying to be better

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pengenalan Identitas Gender pada Anak Sejak Usia Dini

28 September 2021   18:54 Diperbarui: 28 September 2021   18:56 1728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kingchina.co.uk

Belakangan ini mungkin sering terdengar berita mengenai transgender baik di Koran, majalah maupun social media. Tak dapat dipungkiri bahwa transgender atau istilah bagi  orang-orang yang merasa identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelaminya saat lahir ini menimbulkan pro dan kontra di berbagai Negara, begitupun juga di Negara kita, Indonesia. 

Ada kelompok yang mendukung transgender sebagai bentuk hak asasi, dimana setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih dan memutuskan kehidupan pribadinya da nada pula kelompok yang menentang transgender, dengan menganggap bahwa transgender menyalahi kodrat yang telah diberikan oleh Tuhan.

Nah, terlepas dari semua stigma diatas, tahukah kalian asal mula seseorang memutuskan untuk transgender dan sebagainya ?

Pertama-tama mari kita ingat kembali pembelajaran mengenai gender. Istilah gender mengarah pada perbedaan social antara laki-laki dan perempuan sepanjang siklus kehidupan dan berakar pada setiap budaya, namun akan mengalami perubahan atau perbedaan antar budaya. 

Misalnya saja di Thailand, Negara ini mengakui hukum "jenis kelamin ketiga"  diperjelas dengan 18 istilah gender, seperti pria adam, Tom, Bi, Gay, dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia sendiri, kita hanya mengenal 2 gender, yakni jenis kelamin perempuan dan laki-laki.

Selanjutnya identitas gender, perlu diketahui bahwa identitas gender merupakan cara seseorang melihat apakah dirinya sebagai perempuan, laki-laki atau transgender. Identitas gender berisi keyakinan diri (baik secara fisik, social dan budaya) sebagai laki-laki atau perempuan, dimana hal ini akan terbentuk bersamaan dengan tahap perkembangan manusia. 

Umumnya pengenalan identitas gender akan dimulai sejak masa kanak-kanak. Agar seorang anak dapat memiliki identitas gender yang sehat, maka ia perlu diajari atau ditanamkan nilai, norma, tuntutan, hokum ataupun batasan mengenai jenis kelaminya serta dilatih untuk dapat berperan sesuai dengan jenis kelaminya tersebut.

Kohlberg menjelaskan 3 fase perkembangan gender :

  • Gender identity (Usia 2-3 tahun)

Pada fase pertama ini, individu akan melabelkan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan yang kemudian akan menjadi dasar dari gender dan perilaku individu di masa yang akan dating.

  • Gender stability (Usia 4-5 tahun)

Pada fase kedua, individu mampu mengerti sifat alami dari uatu jenis kelamin.

  • Gender consistency (Usia 6-7 tahun)

Pada fase terakhir ini, individu mengerti bahwa jenis kelamin merupakan suatu hal yang tidak dapat diubah.

Dari pengeklasifikasian Kohlberg, kita menyadari bahwa masa kanak-kanak adalah masa terpenting untuk pembentukan identitas gender seseorang. Ketika orang tua tidak mengajarkan identitas gender yang benar pada anak, akan berdampak pada penyimpangan-penyimpangan ketika anak mulai tumbuh dewasa. Misalnya saja, seorang anak perempuan diberikan pakaian model anak laki-laki maka tidak aneh jika ketika ia dewasa ia menjadi perempuan yang tomboy. 

Ini hanyalah sebagian kecil dari contoh kasus kurangnya perhatian orang tua dalam pengenalan identitas gender pada anak, sedangkan kasus parahnya seperti pedofilia, LGBT, dan sebagainya yang berkaitan tentang kelainan gender. 

Meski kasus kelainan gender bukan hanya disebabkan oleh kesalahan pola asuh, tetapi juga faktor-faktor lain namun lingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang menjadi salah satu faktor penting penyebab kelainan gender pada individu. Oleh karena itu sudah seharusnya anak dikenalkan terhadap identitas gender yang sesuai agar anak memiliki gender yang sehat.

Ketika anak dalam masa pengenalan jenis kelamin dan peranya, tugas utama dari orang tua adalah memperkenalkan hal-hal yang mendukung pembentukan identitas gender  sesuai dengan jenis kelamin anak, seperti misalnya nama, pakaian, mainan, warna dan sebagainya. Orang tua harus menunjukkan identitas anak sesuai dengan jenis kelaminya, misalnya anak perempuan di pakaikan rok atau gaun dengan warna-warna cerah sedangkan anak laki-laki diberikan pakaian dengan warna yang lebih kalem atau gelap, mainan seperti pistol-pistolan atau robot dan sebagainya.

Melalui usaha ini, anak akan mulai membentuk persepsi atau pemikiran bahwa perempuan itu berbeda dengan laki-laki, bukan hanya secara biologis saja namun secara sosiologis dan psikologis. Selain pengenalan terhadap objek, anak juga perlu ditanamkan mengenai peran dan dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminya.

Apakah pentingnya orang tua mengenalkan identitas gender pada anak jika anak tidak hanya berada pada lingkup keluarga namun juga masyarakat secara luas ?

Tentu saja karena perkembangan gender anak dipengaruhi oleh bagaimana anak memperoleh perilaku dan sikap maskulin atau feminism dari orang tua. Yah seperti yang kita tahu juga, bahwa pendidikan pertama yang diperoleh anak adalah dari orang tua. 

Karena itu peran orang sangatlah penting terhadap perkembangan identitas gender anak. 

Ketika anak sudah memperoleh identitas gender yang benar sesuai jenis kelaminya sejak ia kecil, ketika beranjak dewasa  anak akan mulai berjalan pada peran dan tanggungjawab yang sesuai dengan jenis kelaminya . 

Hal ini tentu berbeda jika anak sudah memperoleh pendidikan yang salah sejak ia kecil, maka kemungkinan besar ia akan berjalan pada tempat yang tidak sesuai dengan identitas gendernya. Jadi mulailah pengenalan identitas anak sejak usia dini sesuai dengan peran terhadap jenis kelamin yang dimilikinya. 

Semoga bermanfaat :) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun