Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Please Stand By", Ketika Pengidap Autis Mengejar Impian

9 April 2018   22:26 Diperbarui: 9 April 2018   22:47 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dakota Fanning, pemeran utama dalam film

Film  yang mengangkat cerita tentang tokoh utama mengalami penyakit atau  kekurangan tertentu selalu menarik perhatian para penonton. Tak ayal  jika para sineas film berlomba-lomba untuk  menciptakannya. Di Indonesia  ada "Surat Kecil untuk Tuhan" dan "Ayah, Mengapa Aku Berbeda?" yang  sempat ngetren beberapa tahun lalu. Sementara di luar ada "The Fault in  Our Stars" dan "Wonder" yang mendapatkan hati para pecinta film.

Mengikuti  jejak film-film tersebut, belum lama ini rilis film hollywood "Please  Stand By" di Indonesia yang berkisah tentang seorang gadis pengidap  autis dengan sindrom asperger. Namun jika biasanya film dengan konflik berupa si tokoh utama  mengidap kekurangan tertentu memiliki alur cerita yang sedih dan  mengharu biru, tidak demikianlah dengan film "Please Stand By". 

Film  yang dibintangi oleh Dakota Fanning tersebut justru disajikan dengan  warna berbeda. Sebagai penonton, kita akan dibuat terharu justru lewat  adegan-adegan yang jenaka. "Please Stand By" adalah film yang membuat  kita tersentuh lewat tawa.

Tak Sekadar tentang Autisme

Pertama  kali mendengar judulnya, saya tak mengerti kenapa sang sutradara atau  pembuat film memberikan judul "Please Stand By". Saya pun bertanya-tanya  dan entah kenapa saya berharap ada judul lain yang diberikan ketimbang  judul tersebut. Saya bahkan berpikir bahwa saya mungkin tidak jadi  menonton jika saya hanya melihat judulnya saja tanpa melihat trailer,  daftar pemain atau membaca sinopsisnya terlebih dahulu.

Rasa  penasaran saya baru terjawab setelah menonton filmnya selama beberapa  menit. Saya akhirnya dapat menangkap tentang kenapa judulnya adalah  "Please Stand By". Saya pun sadar bahwa garis besar film ternyata sudah  dijawab lewat judul film itu sendiri.

Di  beberapa menit awal film tampak ada adegan saat Audrey (Alice Eve)  datang mengunjungi tempat tinggal adiknya, Wendy (Dakota Fanning) yang  berusia 21 tahun. Sebenarnya Audrey datang hanya untuk melepas rindu  saja. Maklum, setelah menikah dan memiliki anak, mereka pisah rumah  karena Wendy harus diterapis agar keadaannya tidak memburuk. Namun Wendy  justru salah menduga maksud kakaknya.

Alice Eve, pemeran Audrey dalam film
Alice Eve, pemeran Audrey dalam film
Saat  Audrey memberikan foto anaknya bernama Ruby yang masih bayi, Wendy  justru jadi ingin merasa tinggal bersamanya. Ia merasa bahwa sebagai  bibi dari Ruby, sudah seharusnya ia dapat menjaga dan merawat  keponakannya sendiri karena sejak Ruby lahir mereka belum pernah  bertemu. Wendy kemudian meminta kepada kakaknya untuk dapat tinggal  bersamanya, akan tetapi sang kakak justru menolak. Bukan berarti Audrey  tak menerima Wendy. Ia sungguh sangat menyayanginya. Hanya saja ia  berpikir bahwa belum saatnya Wendy untuk pulang dan tinggal bersamanya.

Tak  suka permintaannya ditolak, Wendy akhirnya berontak. Ia 'kambuh'.  Sembari memukul-mukulkan kedua tangannya ke kepalanya, Wendy berteriak  sekencang-kencangnya. Audrey berusaha mengembalikan keadaan Wendy namun  tak berhasil. Di saat itulah Scottie (Toni Collete), sang terapis datang  dan berusaha menenangkan Wendy. Ia tidak melakukan apapun kecuali  mengucapkan kata-kata "Please Stand By" atau dalam Bahasa Indonesia  berarti "Tenanglah" berkali-kali. Keadaan Wendy pun berangsur membaik  setelah itu.

Sebagai  seorang pengidap autisme, tidak mudah bagi Wendy dalam menjalani hidup.  Sebagaimana pengidap pada umumnya, ia punya 'dunianya' sendiri. Ia  tidak fokus saat diajak berbicara. Tidak ada kontak mata saat ia  berkomunikasi dengan orang lain. 

Kesulitan  lainnya adalah Wendy sangat taat pada peraturan. Ia harus melakukan  sesuatu berdasarkan instruksi dan setiap detil kejadian yang ia alami ia  catat di dalam buku catatan kecil yang ia bawa kemanapun. Ia juga  sangat sensitif dengan suara-suara bising, entah itu suara mobil, motor  ataupun lainnya. Maka dari itu setiap kali berpergian, ia selalu  mendengarkan musik lewat headset untuk mengalihkan perhatian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun