Mohon tunggu...
Panji Saputra
Panji Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Makelar Kopi

Sunyi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Buku "Jejak Langkah": Pengorganisasian, Perlawanan, dan Perempuan

20 November 2021   01:40 Diperbarui: 20 November 2021   01:52 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kibrisdpr.org


 "Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawanan" 

Pramoediya Ananta Toer

Samahalnya Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, buku dengan judul "Jejak Langkah" adalah episode ketiga dari kedua roman sebelumnya itu. Pada roman ketiga ini, Jejak Langkah, dengan sangat apik dan cerdas, Pram menggambarkan historis pengorganisasian dan perlawanan yang dilakukan oleh Minke (yang tidak lain adalah representatif dari tokoh pendiri Pers Nasional pertama sekaligus pelopor pengorganisasian dan perlawanan lewat kerja-kerja intelektual dan jurnalistik, Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, lihat: Sang Pemulah, Pramoediya Ananta Toer) dengan gaya menulisnya yang berbaur sastra realisme (untuk sastra realisme, sahabat-sahabat/usato-usato bisa baca: Pramoediya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis-nya Eka Kurniawan. Sih penulis buku "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas"), layaknya bagaimana Pram menulis.

Pada fase ini, adalah fase pengorganisasian  dan perlawanan yang dilakukan Minke untuk melawan praktik-praktik feodalisme Jawa yang secara tidak langsung ikut menindas rakyat Hindia Belanda yang ditumpangi kolonial Belanda kala itu. Dalam melakukan perlawanan, Minke tidak memilih jalur the jungle (yang hanya bermodalkan keberanian dan fisik yang kekar agar bisa survive), tidak sederhana itu! 

Minke sadar betul bahwa politik belah bambu (devide et impera) kolonial tidak sesederhana adu jotos seperti yang dilakukan Trunodonso, seorang petani yang melawan para mafia tanah dengan hanya bermodalkan parang sahaja, pun Darsam sih penjaga setianya. Dalam hal ini, Minke memilih organisasi sebagai wadah dalam mendidik pribumi akar rumput yang tidak diberi kesempatan untuk berpendidikan, dan memilih jurnalistik sebagai senjata perlawanan. 

Meskipun Ratu Wilhelmina, dengan kebijikan politik balas budinya (Etische Politiek) yang  diusulkan oleh Van Deventer, memberi kesempatan kepada pribumi untuk berpendidikan, meskipun ujung-ujungnya untuk menopang kepentingan mereka karena akan kebutuhan dibidang admistrasi dan tenaga medis. Dengan kata lain, bukan pendidikan yang membebaskan, tapi mala sebaliknya (lihat: Pendidikan Kaum Tertindas, Paulo Freire).

Medan Prijaji adalah salah satuh media pertama yang dikelola oleh pribumi, yang didirikan oleh Minke (RM Tirto Adhi Soerjo) pada tahun 1907 yang tidak hanya berfungsi sebagai pewarta, melainkan juga memiliki peran sebagai lembaga hukum yang mendampingi rakyat yang diperlakukan tidak adil yang jarang diangkat oleh media mainstream kala itu.

Lewat Minke, kiranya juga berkat dorongan dari sahabat Prancis dan Nyai Ontosoroh yang menyarankan agar Ia menulis untuk pribumi, untuk bangsanya, dalam bahasa yang dapat mereka pahami, bahasa Melajoe.

Akhirnya, kerja-kerja jurnalistik ditangan Minke menjadi sesuatu yang patut dipertimbangkan oleh pihak pemerintah Hindia Belanda kalah itu. Model jurnalistik yang berdiri paling depan dan melakukan pembelaan pada keadilan dan kemanusiaan yang dilecehkan martabatnya. Yang menampung dan menyalurkan berbagai bentuk keresahan yang dibungkam. 

Seakan saja Multatuli hadir dan tetap hidup dalam laku dan tindakan Minke untuk tetap menggorogoti kolonial.

Tak sampai disitu, upaya dalam melakukan perlawanan untuk mengusir kolonial makin terorganisir lewat kerja-kerja organisasi. 

Satu kesadaran akan pentingnya berorganisasi yang ia dapatkan dalam satu perjumpaan dengan seorang gadis perawakan Cina Tionghoa, yang juga adalah seorang organisatoris pergerakan Tionghoa, Meimei. Seorang gadis pergerakan yang menjadi sandaran hatinya sesudah kepergian Annelies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun