Mohon tunggu...
Panji Saputra
Panji Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Makelar Kopi

Sunyi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita, dalam Dekapan Kabut

1 Agustus 2019   00:59 Diperbarui: 1 Agustus 2019   01:28 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cahaya bulan menyapu bebatuan curam yang diairi air belerang,
juga pohon, juga hewan,
juga kita dipendakian kaki lokon.

Dalam pendakian aku tidak mengenakan mantel pengusir dingin.

Biar nanti dalam pangkuan ribaanya,
aku bisa merasakan hangat dekapanmu.
Dalam dingin juga dalam sunyi.

Di bawa sinar bulan dan hamparan langit yang maha sempurna
bertabur bintang beribuh,
dengan kepala yang menyandar pada bahuku kau berucap; aku rindu kedamaian.

Sementara itu,
kabut tipis turun
buat buram cahaya rembulan.

Kau dekap
Aku depap makin kencang
Malam pun makin dingin,
juga makin sunyi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun