Mohon tunggu...
Nizwar Syafaat
Nizwar Syafaat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Financial

Realisasi APBN 2018 Diprediksi seperti APBN 2015

29 Juli 2018   07:20 Diperbarui: 29 Juli 2018   08:23 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pelemahan rupiah ibarat seseorang mengalami penyakit diabetes (kencing manais).  Dampaknya meluas menyerang fungsi organ tubuh, sehingga organ tersebut mengalami mal-fungsi secara perlahan-lahan menjemput kematian seseorang.  Jika pemerintah tidak mampu mengendalikan pelemahan rupiah, maka tidak menutup kemungkinan pilar ekonomi eksternal dan fundamental ekonomi internal menjadi rapuh dan ekonomi nansional mengalami konstraksi.  Pengangguran dan kemiskinan akan merajalela.

Proyeksi BI tentang membengkaknya defisit transaksi berjalan tahun 2018 sebesar US$ 25 miliar atau naik 45% dibanding tahun sebelumnya dan presiden memanggil para importir untuk meningkatkan ekspor sudah cukup mengkonfirmamsi bahwa kondisi ekonomi eksternal kita bermasalah.  Kepercayaan para eksportir terhadap kondisi ekonomi Indonesia wait and see sehingga tidak semua devisa ekspor mereka masuk ke Indonesia.

Pelemahan rupiah terhadap dollar AS tahun 2018 seperti pelemahan yang terjadi pada tahun 2015.  Diprediksi nilai tukar rupiah menyentuh Rp 15.000 pada akhir tahun 2018 dipicu oleh pembayaran utang luar negeri swasta dan pembagian deviden untuk Perusahaan terbuka, sehingga realisasi nilai tukar rupiah pada APBN 2018 diperkirakan berkisar Rp14.650.

Realisasi asumsi hampir seluruh indikator makro ekonomi pada APBN 2015 mengalami penurunan.  Nilai tukar melemah dari Rp 11.900 menjadi Rp 13.392 (Rp 1.492); bunga SPN naik dari 5.8% menjadi 6.0%; lifting minyak turun dari 900 menjadi 778 dan lifting gas turun dari 1248 menjadi 1195.  Hanya inflasi yang mengalami perbaikan dari 4.4% menjadi 3.4%, dan   harga minyak dunia turun dari US$ 105 menjadi US $49 per barel.

Pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang cukup tajam sebesar Rp 1.492 tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun dari rencana 5.8% menjadi 4.8%.  Penurunan tersebut masih untung ditolong oleh penurunan harga minyak (Penurunan harga minyak dunia positif terhadap penerimaan APBN netto, tidak seperti yang diungkap oleh Menkeu Sri Mulyani).  

Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut menyebabkan realisasi penerimaan negara turun dari rencana Rp 1.793.6 triliun menjadi Rp 1.508.0 dan realisasi pengeluaran juga turun dari rencana Rp 2.039.5 triliun menjadi Rp 1.806.5 triliun, sehingga defisit naik dari Rp 245.9 triliun menjadi Rp 298.5 triliun.

Realisasi APBN 2015 di atas mengkonfirmasi bahwa pelemahan rupiah berdampak negatif terhadap penerinaan negara netto, tidak seperti yang dikatakan oleh Menkeu Sri Mulyani bahwa setiap pelemahan rupiah 100 akan meningkatkan penerimaan APBN netto Rp 1.7 triliun.      

Bagimana dengan proyeksi realisasi APBN 2018?.  Realisasi pelemahan rupiah pada asumsi APBN 2018 tidak sebesar APBN 2015,  diperkirakan sebesar Rp 14.650 lebih tinggi dari rencana sebesar Rp 13.400 atau melemah sebesar Rp 1250.  Masalahnya realisasi asumsi harga minyak dunia pada APBN 2018 diperkirakan meningkat dari rencana  US$ 48 per barel  menjadi US$ 70 per barel akan menekan penerimaan APBN netto.  Realisasi seluruh asumsi indikator makro lainnya seperti SPN, lifting minyak dan gas akan mengalami penurunan kecuali inflasi mengalami perbaikan.

Berdasarkan proyeksi kondisi indikator makro pada APBN 2018 dan proyeksi pelemahan rupiah konsisten sampai akhir tahun, maka pemerinaan negara akan mengalami penurunan dan defisit membengkak serta realisasi pertumbuhan ekonomi tidak lebih dari 5% atau paling tidak sekitar angka 5%.  Pernyataan Menkeu Sri Mulyani bahwa dampak pelemahan rupiah positif terhadap APBN tidak didukung oleh fakta paling tidak fakta realisasi APBN 2015.      

 

Nizwar Syafaat, Ekonom dan  Pengamat Kebijakan Publik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun