Selamat Hari Santri bagi seluruh rakyat Indonesia yang selalu diperingati pada tanggal 22 Oktober . Hari Santri yang diresmikan pada tahun 2015 oleh Presiden Joko Widodo ini merupakan hari pada saat K.H Hasyim Asy'ari ( Pendiri Nahdlatul Ulama ) mengumandangkan resolusi jihad untuk melawan penjajahan . Resolusi jihad merupakan aksi kritik bagi pemerintah karena pasif akan agresi militer yang terjadi di Surabaya setelah proklamasi dikumandangkan . Para konsul Nu dari seluruh Jawa dan Madura yang berkumpul pada 21 Oktober di PB Ansor Nahdlatul Oelama ( PB ANO ) menetapkan satu putusan dalam bentuk resolusi yang bernama " Resolusi Jihad Fii Sabilillah " yang berisi tentang kewajiban rakyat untuk berperang melawan penjajah disekitar radius 94 km markas musuh dan yang diluar radius boleh ikut untuk berperang .
Pada tanggal 22 Oktober resolusi jihad dikumandangkan dari masjid ke masjid dan mushola ke mushola . Hal ini disambut rakyat dengan sukacita . Semangat juang rakyat Surabaya semakin memuncak dengan pidato Bung Tomo yang juga menolak sekutu untuk berlabuh di Surabaya . Dari resolusi jihad dan pidato Bung Tomo rakyat Surabaya sangat siap untuk bertempur kapan pun dan dimana pun .
Sekutu akhirnya dapat mendekat ke Surabaya melalui perundingan . Perudingan tersebut menghasilkan keputusan Sekutu dapat berhenti pada jarak 800 meter dari pantai . Walaupun kapal dan pantai berjarak 800 meter , pasukan yang diturunkan berjumlah 2800 personil . Maksud awal kedatangan mereka adalah untuk mengevakuasi pasukan Jepang dan Interniran ( kamp konsentrasi ) Belanda . Sekutu diperbolehkan menggunakan bangunan - bangunan untuk digunakan proses evakuasi .
Hal tersebut malah dimanfaatkan sekutu untuk membuat pos - pos pertahanan . Dalih sekutu adalah untuk membuat pertahan di kota .
Pembuatan pos - pos perthanan tersebut memancing amarah . Santri yang sudah panas dengan resolusi jihad dan terdapat desas - desus sekutu akan memperkuat kembali kekuasaan kolonial Belanda , terjadilah penyerbuan pos pertahanan pada 26 Oktober oleh para santri dan pemuda kampung  yang bertepat pada Benteng Miring di sebelah utara gedung sekolah Al - Irsyad . Para santri dan pemuda banyak yang tumbang denga dibredel senapan sedangkan mereka hanya membawa bambu runcing , celurit , keris , tombak , samurai , dan senapan rampasan .
Esok harinya pada tanggal 27 Oktober rakyat semakin marah karena beredar kabar santri dan pemuda gugur pada penyerbuan di Benteng Miring dan menerima kabar bahwa sekutu diam - diam mengirimkan lebih banyak pasukan . Rakyat mebuat barikade - barikade di jalan untuk mengantisipasi terjadinya peperangan . Pada jam 9.00 terdapat pesawat jenis Dakota melintasi Surabaya dengan menyebarkan selebaran yang berisi perintah rakyat Surabaya untuk tunduk dan menyerahkan senjata . Ancaman tersebut malah membuat rakyat makin geram, akhirnya terjadi peperangan pada jam 12.00 di depan Rumah Sakit Darmo dan diikuti pertempuran pada beberapa pos - pos pertahanan .
Pada tanggal 28 Oktober tentara TKR yang seharusnya patuh pada pemerintah ternyata terprovokasi dan ikut berperang. Gencatan senjata terjadi pada tanggal 29 Presiden Soekarno dan Moh . Hatta datang ke Surabaya karena Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby ingin terjadi gencatan senjata . Gencatan senjata dapat tercapai dengan sosialisai . Belum sampai sehari gencatan senjata , Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby tewas tertembak pada sore harinya .
Tanggal 31 Oktober pemerintah Inggris mengeluarka ultimatum bagi rakyat untuk menyerahkan pembunuh  Jenderal dan menyerahkan semua senjata kalau tidak Inggris akan membobardir Surabaya pada 10 November .
Kita bisa melihat bagaimana resolusi jihad menggugah semangat juang dan akhirnya terjadi perang pada 10 November yang membuat negara kita merdeka sebenar - benar merdeka . Kita lihat bagaimana santri begitu berani mengawali perjuangan pada tanggal 26 Oktober di Benteng Miring . Terdapat satu pertanyaan di benak kita mengapa santri bisa seberani dan setangguh itu ? . Menurut penulis yang juga seorang santri di daerah Malang , santri bisa seberani dan setangguh itu karena sistem pendidikan pesantren yang lebih superior dari sistem pendidikan formal . Sistem pendidikan di pesanteren memiliki budaya yang tidak ada di pendidikan formal lain dalam negeri . Budaya berperan sangat penting terhadap perkembangan murid atau santri . Berikut merupakan budaya - budaya santri yang menurut penulis merupakan pondasi dari keberanian dan ketangguhan santri dalam keikutsertaan mereka dalam perang:
1. Ta'dzim kepada guru
Ta'dzim berarti menghormati orang tua . Penghormatan santri kepada kiai merupakan hal yang sangat berbeda dengan penghormatan murid terhadap guru formal . Penulis yang memiliki latar belakang sekolah formal , dibuat bingung dengan santri senior yang merangkak untuk keluar dari ndalem ( rumah kiai ) . Penulis dengan santainya berdiri tegak untuk berjalan keluar dari ndalem dan setelah beberapa hari akhirnya penulis paham mengapa harus bersikap demikian . Hal tersebut merupakan salah satu perbedaan ta'dzim di pesantren dengan sekolah formal biasa . Ta'dzim juga ditunjukkan dengan keikhlasan santri untuk menerima perintah apapun dan melaksanakanya dengan sungguh - sungguh . Hal tersebut merupakan salah satu faktor mengapa santri dengan berani maju berperang pada Benteng Miring dengan persenjataan yang sederhana .