Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Mawar

24 Maret 2018   17:14 Diperbarui: 24 Maret 2018   17:34 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/en/rose-flower-blossom-bloom-painting-21374/

Ada sekuntum mawar yang baru mekar siang ini. Melihat indah dunia yang selama ini diimpi-impikannya, akhirnya terwujud juga. Dia sungguh senang akan pencapaiannya. Saking gembiranya, seketika dia hembuskan semerbak harum yang dapat melenakan tiap-tiap pujangga cinta.

Merekahlah bibirnya, merona elok rupanya. Satu per satu kupu-kupu berdatangan mencecap sari-sari madunya, disusul lebah-lebah yang membawa berbagai serbuk sari demi kelangsungan hidupnya. Amat senanglah dirinya, semua mengelilinginya, semua begitu mencintainya.

Seekor kupu-kupu memperingatkannya. “Awas, jangan coba-coba kau dekatkan akarmu pada limbah buangan yang jaraknya beberapa meter darimu. Sekurang-kurangnya air yang kau dapatkan, jangan sekali-kali kau mendekatinya. Aku khawatir, keelokan dirimu akan luntur olehnya”

Sang mawar mengangguk. Seketika dia kirim sinyal peringatan pada kesemuanya. Semua memahaminya.

Suatu hari, ia melihat gerombolan kumbang lewat di depannya. Tentu saja dia undang tuk hinggap di kelopaknya. Namun para kumbang menolaknya. Mereka tidak ingin hinggap dalam keharuman yang akan membunuh jati diri mereka. Mereka hanya mau hinggap pada bunga-bunga rafflessia, bunga-bunga busuk yang menebarkan semerbak bangkai.

Dalam batinnya, muncul rasa iri pada para bunga bangkai. Kelopak mereka lebih ramai oleh hadirnya kumbang-kumbang dan lalat-lalat. Timbul ketamakan, timbul rasa ketidakpuasan. Hanya di datangi kupu-kupu dan lebah saja tidaklah cukup.

Dia pun mengambil jalan kotor. Akar di suruhnya coba mencecap sedikit air limbah buangan. Rasanya pahit, membuat kelopaknya jadi tidak harum lagi. Dia gadaikan keharumannya demi kenikmatan sesaat.

Perlahan-lahan, dia mengeluarkan bau busuk, lebih busuk daripada bunga rafflessia. Kumbang-kumbang pun tertarik, lalat-lalat mendekat berkerumunan. Ramai-ramai mereka menggagahinya, mengambil kesuciannya. Kupu-kupu dan lebah tidak sudi lagi mendekatinya.

Makin lama, makin banyak yang datang. Dirinya tidak merasa akan bertambahnya usia. Batangnya mulai mengeriput, akarnya mengering. Di banding mawar-mawar seusianya, ia lebih cepat tua. Ia tak lagi bisa di nikmati.

Lalu semua menjauhinya. Para kumbang dan lalat yang dulu membisikkan kata-kata manis saat menodainya, kini seakan lenyap di telan bumi. Ia sendirian sekarang, menunggu waktu hingga para bakteri ramai-ramai bergerak memusnahkannya.

Akhirnya waktunya tiba. Batangnya telah patah. Satu per satu kelopak keringnya lenyap tertiup angin. Sedikit demi sedikit sosoknya hancur di makan tanah

Sang mawar telah meninggalkan dunia dalam kesunyian.

Semarang, 1 Oktober 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun