Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Gratias

-semua karena anugerahNya- Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teknologi dan Pedang Bermata Dua

18 April 2025   11:10 Diperbarui: 21 April 2025   10:55 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel melalui Kompas.com (Shutterstock)

“Nih, lho, anakku main hape melulu sepanjang hari..”
“Disuruh mandi, alesannya bentar dulu, bentar dulu..”
“Anak gue mengurung diri berhari-hari di kamar. Betah banget, dia. Disuruh makan, mandi, susah banget.”
“Kalo anak gak kenal teknologi, terus gimana masa depannya kalo mereka enggak ngerti teknologi. Tapi saya takut kalo dia jadi kecanduan gadget.”
“Anak saya disuruh meletakkan hapenya, malah bilang, ah mama dan papa aja juga main hape melulu..”

Sejumlah obrolan di atas menjadi hal yang sering dikeluhkan oleh kita semua. Ada beberapa fenomena ‘gap generation’ yang benar-benar terjadi saat ini terkait dengan penggunaan teknologi. Secara spesifik teknologi yang dimaksud adalah gadget.

Mengulik hal ini dengan sudut pandang yang berimbang. Penggunaan teknologi sejatinya untuk memberikan kemudahan bagi kita manusia dalam penyelenggaraan hidup. Teknologi diciptakan untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan misalnya.

Sama seperti pedang bermata dua. Jika digunakan dengan bijak akan membantu kita, tetapi sebaliknya jika digunakan untuk sarana kejahatan, pedang bisa membunuh. Demikian pula teknologi, pada hakikatnya akan memberikan kebaikan bagi yang dapat mengendalikannya.

Teknologi dan Pendidikan

Pandemi Covid19 menjadi sebuah momentum akselerasi penggunaan teknologi secara masif di berbagai belahan bumi ini. Di segala area kehidupan, teknologi menjadi ‘wabah’ yang mau-tidak mau harus dirasakan semua lapisan. Salah satunya adalah area pendidikan.

Sekolah menggunakan teknologi menjadi alat untuk memberikan materi pelajaran. Ada yang siap, ada yang tidak siap dengan hal ini. Ini menjadi sebuah pembuktian yang harus diteguhkan bahwa sejatinya kita adalah manusia pembelajar. Belajar sepanjang hayat.

Muncul perubahan-perubahan baru. Gaya hidup baru. Setiap perubahan tentu akan menghasilkan perubahan lain. Banyak masyarakat, pendidik (guru), orangtua, siswa juga tidak siap dengan hal ini. Paska Covid19, ada beberapa masalah yang erat kaitannya dengan kesehatan mental.

Ada siswa yang depresi, stress, frustasi, dan lain sebagainya. Tetapi di sisi lain, banyak sekali anak-anak usia sekolah dasar menjadi pandai membuat video, menjadi akrab dengan desain gambar, menjadi lebih menguasai dunia digital justru lebih hebat dari orang-orang dewasa.

Terjadi percepatan yang mengharuskan sistem pendidikan menggunakan teknologi ini. Siapa bijak, bisa terbantu, jika memandang teknologi dari sudut pandang baik.

Teknologi menjadi alat yang membantu kehidupan kita. Berarti kita yang bisa menguasai alat itu, bukan justru kita dikuasai alat yang membantu kehidupan itu. Ini prinsip yang harus dipegang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun